Menjalankan ajaran agama sejatinya adalah sebuah proses yang tak pernah berhenti. Dalam proses ini ada beberapa maqamat (tingkatan-tingkatan) yang akan dilalui sebelum sampai tujuan. Dari tingkat paling dasar hingga tingkat paling tinggi. Buku klasik nan apik karya ulama besar Gharnathah (Granada), Andalusia, ini memaparkan sembilan tingkatan dalam Islam. Dari mulai tingkat orang yang berlebih-lebihan, tingkat orang yang diuji dengan ikhtilaf, tingkat orang awam, tingkat orang yang menghindari hal paling buruk dengan yang buruk, tingkat orang yang berniat, tingkat orang yang beramal utama saat tak bisa melakukan yang paling utama, tingkat orang yang beramal penting ketika tak bisa beramal paling penting, tingkat orang khas, hingga tingkat orang yang sungguh-sungguh dalam beragama yang merupakan puncaknya. Berbeda dengan buku keislaman pada umumnya yang hanya berbicara pada tataran fikih (eksoteris), buku ini memadukannya dengan dimensi tasawuf (esoteris) dan akhlak sebagai jalan tengah atau moderat yang merupakan ciri khas Islam. Dengan itu, kita dapat melihat dan memahami agama dengan benar, sehingga kita bisa sampai ke tingkat puncak: mengamalkan agama dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, semata-mata karena Allah.
Manusia senantiasa mengharapkan kehidupan yang baik, sejahtera, dan bahagia. Berbagai cara dilakukan untuk meraihnya. Namun, sering kali jalan untuk mendapatkannya terasa sulit dan berat. Dalam situasi itu, sering kali dada jadi terasa sempit, muncul perasaan putus asa dan berkeluh kesah.Orang mukmin tak layak putus asa dan mengeluh untuk kebahagiaan yang belum dapat diraih. Al-Quran sebagai petunjuk hidup abadi telah memberikan tuntunan yang jelas dan nyata untuk mendapatkan kebahagiaan dan menghalau keluh kesah dan keputusasaan. Tuntunan itu, misalnya, dimulai dari iman atau keyakinan yang benar, bekerja efektif, gemar berbagi, tepat waktu, menjaga kepercayaan, hingga disiplin dalam ibadah. Buku ini tak sekadar memaparkan secara normatif tuntunan-tuntunan tersebut, tetapi juga aplikatif, berdasarkan kisah inspiratif orang-orang bahagia ketika mengamalkannya, baik dari khazanah Islam klasik maupun kekinian. Dipadukan juga dengan pandangan motivator dan ahli pengembangan diri Barat kontemporer, serta sejumlah penemuan ilmiah berkaitan dengan tuntunan di atas.
..Maka bersabarlah, sungguh, kesudahan (yang baik) adalah bagi orang yang bertakwa. (Hud:49)Sabar, sebuah kata yang mudah diucapkan, tetapi sejatinya membutuhkan perjuangan keras untuk mewujudkannya. Dalam tujuh formula bahagia dunia akhirat, sabar ditempatkan sebagai fondasi yang berfungsi menguatkan elemen-elemen lain yang juga harus dikuasai seperti sejauh mana kita bersyukur atas pemberian-pemberian-Nya, sejauh mana kita ikhlas, sejauh mana kita rela, sejauh mana kita mampu bertawakal, bermuhasabah, dan kemudian beristikamah dengan semuanya.Latihlah diri Anda agar dapat menguasai tujuh kemampuan yang ada di dalam buku ini, niscaya Anda akan menjadi pribadi yang lebih tenang, tidak gampang termakan oleh emosi, dan tentunya bahagia dunia akhirat.Semoga bermanfaat dan selamat membaca!