Darka: Karena setelah C pasti ada D

"Mulai sekarang lo jadi pacar gue!""M -- maksud lo?"Darka tersenyum sinis. "Bukannya ini yang lo mau, kan?""G-gue""Gue nggak mau ada penolakan, mulai sekarang lo jadi pacar gue!"Tidak tahu kenapa, Tuhan seperti menjawab doanya, Darka berubah dan meminta Chinta untuk menjadi pacarnya. Apakah ini jadi awal dari kebahagian, atau malah ini awal dari kesedihan panjangnya?* * *Tentang Penulis:Khairani hasan, lahir di Aceh, Tamiang, 27 Desember 1997. Selain menulis, kesibukan lainnya adalah sebagai mahasiswi semester 5, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Falkultas Keguruan di Universitas Samudra Langsa. Cewek penyuka warna biru, sedikit pendiam. Menulis adalah hobinya sejak SMP, pada tahun 2016, dia menuliskan satu mimpi dari 100 coretannya di buku. Salah satunya bisa menulis satu buku, pada tahun 2017 mimpi itu tercapai. Dan sekarang, dia telah menyelesaikan satu buku berjudul 'DARKA'.DARKA ditulisnya saat membagi kesibukan kuliahnya dan sekarang menjadi kebiasaannya. Rani dapat dihubungi melalui:        Wattpad (@khairanihasan),    Instagram (@khairanihasan),    Line (@khairanihasan) dan    E-mail (khairanirani272@gmail.com). Keunggulan:    Darka sudah dibaca 8.5M (8.5 juta) pembaca di Wattpad.    Dignitate sudah mendapatkan 782K (782 ribu) vote.    Akun pengarang di Wattpad @khairanihasan memiliki 122K (122 ribu) followers.     Selalu masuk ke jajaran 3 besar Hot Teenfiction.     Penulis aktif di sosial media, salah satunya akun Instagramnya @khairani27

Polisi Bukan Manusia

Sederet prestasi besar yang dicapai Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang membetot perhatian khalayak, mulai dari operasi penangkapan pelaku teror, pemberantasan perjudian, perang terhadap narkoba, hingga perburuan terhadap pelaku pembalakan liar sepertinya berlalu begitu saja dari benak masyarakat. Tidak terkecuali ketika ada anggota polisi yang cedera atau tewas tertembak oleh pelaku kejahatan atau teror.Sebaliknya, bila terjadi bentrok polisi dengan warga, misalnya, masyarakat, yang tak lain merupakan ibu kandung polisi, tanpa ragu langsung "menghakimi" polisi. Seolah karena polisi mengenakan seragam, maka ia tidak lagi menjadi manusia. Padahal, di lapangan mereka juga bisa merasa takut dan panik sehingga berperilaku menjadi sebatas menghadapi (fight) atau sekadar menyelamatkan diri (flight), seperti kebanyakan orang. Belum lagi, masalah kesejahteraan dan faktor tindak represif seorang personel polisi. Alhasil, alih-alih menjadi pemecah maslah, terkadang polisi justru menjadi sumber masalah.Dalam buku ini, secara bernas dan menarik, penulis, yang dikenal sebagai ahli psikologi forensik, memberikan gambaran situasi dan peristiwa empiris yang dihadapi polisi selama bertugas. Seiring dengan itu, disajikan pula analisis serta formula membenahi semua itu secara tuntas, yang berfokus pada menghilangkan subkultur koruptif, brutal, dan militeristik dalam diri institusi Polri dan menggantinya dengan sikap polisi yang santun dan berempati. Hanya dengan cara inilah simpati dan kepercayaan masyarakat pada polisi akan dapat benar-benar diraih.***"Bravo Reza! demi Merah Putih, kamu harus konsisten dan profesional."dr Abdul Mun'im Idries, Sp.F, Pakar Kedokteran forensik, Alm."Subhanallah, Betul, Mas. Sesering mungkin silaturahim ke warga adalah kunci sukses menjadi polisi."Baharudin Djafar, Polisi biasa"Reza menganalisis masalah Polri kadang dengan keras, kadang dengan hangat. Lewat buku ini, saya bisa merasakan cintanya pada Polri."SUZUKI Motoyuki, polisi Jepang, pernah bertugas di Indonesia

Menghitung Kerugian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi

Beberapa kasus besar berakhir di tingkat penyidikan karena kerugian keuangan negara tidak dapat dibuktikan. Kalau sidang pengadilan berhasil membuktikan adanya kerugian keuangan negara dalam perkara tindak pidana korupsi, metode penghitungan kerugiannya berbeda untuk kasus serupa.Buku ini menyajikan penghitungan kerugian keuangan negara secara sistematis. Menggunakan pendekatan akuntansi forensik dan audit investigatif yang memanfaatkan konsep dan doktrin hukum, ekonomi, dan akuntansi, penghitungan ini dimulai dengan memetakan sumber-sumber kerugian keuangan negara.Penulis memperkenalkan R.E.A.L. Tree, diagram yang merupakan peta kerugian keuangan negara dengan menggunakan unsur-unsur laporan keuangan, yaitu R (Receipt atau Revenue) dan E (Expense) dalam laporan realisasi APBN atau laporan arus kas serta A (Asset) dan L (Liability) dalam neraca pemerintah (pusat dan daerah) atau BUMN. R.E.A.L. Tree tidak mengabaikan sumber-sumber kerugian keuangan negara di luar laporan keuangan utama, seperti kewajiban bersyarat dan off-balance sheet lainnya.Setiap sumber kerugian keuangan negara dalam R.E.A.L. Tree dianalisis dan dipadankan dengan konsep kerugian ekonomi yang tepat. Hasilnya adalah pola penghitungan kerugian keuangan negara.Selain membahas penghitungan kerugian keuangan negara, buku ini juga meninjau praktik penggunaan Ahli (menurut KUHAP dan Undang-Undang tentang Badan Peme-riksa Keuangan), argumen mengenai independen atau tidaknya seorang Ahli, dan Keterangan Ahli di persidangan Tipikor.Buku ini diakhiri dengan tiga anneks. Anneks pertama memberi gambaran mengenai kerugian negara dengan pendekatan APBN maupun dampak ekonomi secara makro; anneks ini merupakan ringkasan dari karya pemenang hadiah Nobel dalam ilmu ekonomi (Joseph Stiglitz) dan lulusan Harvard Business School (Linda J. Bilmes), The Three Trillion Dollar War. Anneks kedua merupakan ringkasan dari buku William G. Mulligan mengenai Expert Witnesses: Direct and Cross-Examination dan kriteria Daubert dan Frye untuk mengukur kepakaran seorang Ahli di pengadilan Amerika Serikat. Anneks ketiga menyajikan kasus penjualan VLCC Pertamina, baik dalam pengadilan persaingan usaha tidak sehat yang sudah mendapat putusan Mahkamah Agung maupun potongan berita ke arah penerbitan SP3 atau penghentian penyidikan kasus tindak pidana korupsinya oleh Kejaksaan Agung.Buku ini merupakan referensi untuk para akuntan forensik dan penegak hukum. Mengutip pandangan Prof. M. Trapman, mereka semua mempunyai fungsi yang sama walaupun posisi mereka berbeda.

Revolusi Mental Anak Milenial

THE CORE VALUE, VISION, MINDSET, ATTITUDE & STRATEGISYOU NEED TO SUCCEED IN THE NEW ECONOMYBuku yang penting untuk para orangtua & anak muda Milenial untuk mempersiapkan Karakter pribadi, Soft Skills & Business Wisdom untuk menghadapi Era Industry 4.0 & Disruption EconomyTidak semua anak beruntung memiliki orangtu yang punya pengalaman, wawasan, kebijaksanaan dan waktu yang cukup dan bisa membentuk karakter serta memberikan nasehat strategis untuk siap menghadapi tantangan di era disruption yang sangat cepat berubah.Belum ada sekolah untuk menjadi orangtua yang berhasil. Meskipun banyak buku-buku dan seminar tentang self-improvement, life-strategy dan business wisdom, namun demikian masih banyak orangtua dan anak muda yang masih sering jatuh ke dalam masalah-masalah klasik yang sama dengan 3 generasi yang mendahului mereka, alih-alih siap mental, mindset dan wawasan untuk menghadapi tantangan di era disruption economy.Dari membaca banyak sekali buku-buku terbaik dalam bidang-bidang di atas, belajar dari lingkungan dan parartnentor/coach, serta mengalami sendiri keberhasilan dan kegagalan hidupkan bisnis, penulis merasa sudah waktunya membantu generasi milenial untuk menemukan jati diri (core values & passion), Visi Hidup, Mindset, Attitude dan Strategi yang unggul untuk menavigasi hidup calon-calon pemimpin masa depan ini. Penulis dengan berani membongkar kesalahan-kesalahan yang banyak dilakukan orang lain maupun dirinya sendiri, sehingga generasi muda kita tidak perlu lagi mengalami hambatan dan kesalahan fatal yang membuat penderitaan yang tidak perlu.

Pengajaran Sintaksis

Henry Guntur Tarigan dilahirkan tanggal 23 September 1933 di Linggajulu, Kabanjahe, Tanah Karo, Sumatra Utara. Ayahnya bernama Rulo Tarigan dan ibunya bernama Kawali beru Surbakti. Henry Guntur Tarigan menikah dengan M. Intan Sisdewatu Purba tanggal 14 Agustus 1957 di Berastagi, Sumatra Utara.Menyelesaikan pendidikan Sarjana Muda pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Bandung tahun 1960; Sarjana Pendidikan pada FKIP Universitas Padjajdjaran Bandung tahun 1962; mengikuti Studi Pasca Sarjana Linguistik di Universitas Leiden, Nederland tahun 1971 -1973; meraih gelar Doktor dalam bidang Linguistik pada Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Jakarta tahun 1975 dengan disertasi yang berjudul Morfologi Bahasa Simalungun.Pernah menjadi pengajar tetap pada FPBS-IKIP Bandung, pada Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung, dosen luar biasa dalam mata kuliah "Kemahiran Berbahasa Indonesia" pada Fakultas Sastra Universitas Leiden dan pada Hendrik Kraemer Institut Oegstgeest, Belanda (1972-1973); dosen luar biasa STIA-LAN-RI Bandung (1980-1983); dosen terbang/luar biasa pada Universitas Palangkaraya. Kalimantan Tengah; dosen luar biasa pada Universitas Katolik Parahyangan; Guru Besar pada FPBS IKIP Bandung.Beliau sering mengikuti berbagai seminar dan lokakarya di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebahasaan antara lain di Hull (Inggris, 1972), Hasselt (Belgia, 1972), Paris (Perancis, 1973), Leiden (Belanda, 1973), Hamburg (Jerman Barat, 1981), Chicago (Amerika Serikat, 1987), Columbus, Ohio (Amerika Serikat, 1987), Tallahassee (Florida, USA, 1987).