Burung-Burung Bersayap Air (Puisi-Puisi Dewi Nova)

Melalui kumpulan puisi pertamanya ini Dewi Nova membentang 47 buah puisi peta kekerasan terhadap perempuan yang terjadi tempat di Indonesia malah menerobos keluar negara seperti Bangkok dan Chengmai di Thailand dan Burma serta Sarawak di Malaysia. Pemetaan yang puitis ini dirakam dan dirangkum di sela-sela  tugasnya sebagai aktivis kemanusiaan yang berpindah-pindah. Puisi-puisi bukan hanya putis tetapi, menggigit, membuka mata rohani, membawa kita ke dunia kekerasan yang menyakitkan. Dan membakar kita untuk bersama sang penyair berpihak kepada perempuan yang menjadi korban. Tidak setakat berpihak, tetapi ikut berlawan. Ini adalah antara kata-kata yang tercatat di kulit belakang buku puisi Burung-Burung Bersayap Air (Penerbit JAKER, Jakarta, 2010) Puisi Di tangan Nova telah dimanfaatkan secara optimal sebagai media untuk mengungkapkan keberanian dan perlawanan perempuan. Salah satu contohnya adalah puisinya di bawah ini..Kau Ambil Parang Kami, Kurampas Senjata Kalian!Ratusan perempuanseperti rombongan kupu-kupumemenuhi kebunorang-orang berseragammemoncongkan senjata apipada tubuh mereka " kau maju selangkah, kami maju dua langkah "teriak perempuan " Berhenti menebang pohon kopi, atau kami tetapmenghadang " perempuan mengacung parang***Dewi Nova Wahyuni, dilahirkan di  Pekebunan Teh, Kebupaten Bandung, pada tanggal 19 Nopember 1974. Pernah bermukim di Kupang ( 2001-2002 ) di Banda Aceh ( 2006-2008 ) Bangkok ( 2009 ) Selain melakukan perjalanan dan pekerjaan masyarakat di bidang perhatiannya migrasi, peace building, gender dan seksualitas, Dewi suka menari. Riset terakhirnya A reports on National Human Rights Institutions ( NHRI's ) work to evaluate and monitor state anti-trafficking responses in the Association of South- East Asian Nations ( ASEAN ) area ( 2009 ) 40 buah tulisan dipublikasikan di pelbagai media cetak dan on-line. Tulisannya tentang pengalaman organisasi perempuan membangun mekanisme pencapaian keadilan di Sumatera dan  Jawa. Dengan pengalaman sedemikian, ia dapat menandai penghayatan penting terhadap puisi-puisi Dewi Nova.