Terorisme di Indonesia Dalam Tinjauan Psikologi

Selama satu dasawarsa, terorisme menjadi perbincangan hampir semua lapisan masyarakat Indonesia. Bahkan, selain massif dan intensif muncul dalam berbagai pemberitaan media massa, isu terorisme juga telah ditulis ke dalam banyak jurnal ilmiah dan buku. Berbagai perspektif dan sudut pandang dipergunakan untuk mengupas dan memahami terorisme. Namun, sedikit sekali atau bahkan mungkin tidak ada yang membedah perilaku terorisme dari kacamata psikologi.Inilah kelebihan buku ini. Melalui riset mendalam hingga wawancara langsung dengan para pelaku terorisme di Indonesia, psikolog Sarlito Wirawan Sarwono mengurai terorisme dari sudut pandang psikologi. Selain memaparkan profil para teroris, buku ini juga mengupas kondisi psikologis mereka: pandangan keagamaan dan ideologi politik, karakter, kebiasaan hidup, perilaku sosial, serta motivasi melakukan kekerasan. Dengan memahami kondisi psikologis para pelaku teror, Sarlito menawarkan jalan alternatif untuk memutus mata rantai dan keberlanjutan aksi-aksi terorisme di Indonesia.TENTANG PENULISProf. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono adalah psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI). Setamat dari UI, ia meneruskan pendidikannya di Universitas Edinburgh, Inggris, dan Universitas Leiden, Belanda, dan kemudian meraih gelar doktor psikologi di UI pada 1978 di usia 34 tahun.Begitu lulus sarjana pada 1968, Sarlito langsung memilih karier sebagai dosen dan peneliti. Selain mengajar di UI, ia juga menjadi dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Psikolog yang aktif di berbagai asosiasi psikologi internasional dan nasional ini pernah menjadi profesor tamu di Amerika Serikat, Belanda, Selandia Baru, dan Malaysia. Ia pernah menjabat Dekan Fakultas Psikologi UI pada 1997-2004, dan sekarang (2012) menjabat Ketua Program Studi Ilmu Kepolisian Program Pascasarajana UI serta Dekan Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI. Selain itu, saat ini Sarlito adalah Penasihat Kapolri dan BNPT (Badan nasional Penanggulangan Terorisme).Sejak mahasiswa, mantan aktivis Angkatan 66 ini memang tertarik pada masalah perilaku massa. Skripsi dan disertasinya mengupas aksi-aksi demo mahasiswa, dan dalam kariernya Sarlito banyak membantu Polri meneliti masalah kerusuhan (Jakarta, 1998) dan konflik sosial (Ambon, Maluku Utara, dan Kalbar, 1999).Sejak 2006, ia melakukan penelitian jangka panjang (sampai sekarang) dalam bidang deradikalisasi dan kontra terorisme di Indonesia. Melalui penelitian itu, Sarlito menjadi psikolog pertama di Indonesia yang bergaul langsung dan kenal secara pribadi dengan para mantan teroris di Indonesia, baik yang masih di dalam penjara/tahanan maupun yang sudah bebas. Bahkan, Sarlito pernah mewawancarai langsung tokoh-tokoh radikal di Malaysia dan Mesir. Inilah kelebihan Sarlito, yang membuat buku ini bisa menjadi sumber referensi penting dalam bidang psikologi teroris.

PERKEBUNAN KOPI SKALA KECIL CEPAT PANEN

Perkebunan Kopi Skala Kecil Cepat Panen (Secara Otodidak) Lengkap Dengan Alur Niaga Dan Analisis UsahaKopi sebagai minuman nikmat sudah sangat populer sejak ribuan tahun yang lalu. Dan uniknya, hampir semua penduduk di muka bumi ini menyukai minuman kopi yang beraroma khas, serta bercita rasa tinggi. Sehingga tidak heran, jika permintaan atas kopi selalu mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu, baik dalam skala kecil maupun besar, baik pasar domestik maupun pasar internasional. kenyataan ini, membuat komoditas kopi sebagai peluang usaha yang tidak ada matinya dan tidak mengenal musim yang selalu memberikan keuntungan yang amat menggiurkan.Buku Perkebunan Kopi Skala Kecil Cepat Panen karya Yusnu Iman Nurhakim ini hadir untuk memberikan panduan dalam budidaya kopi secara intensif dan benar sehingga kopi dapat panen cepat dengan kualitas terbaik. Di dalam Buku Perkebunan Kopi ini dibahas secara detail dan sistematis, mulai dari pemuliaan tanaman kopi, persemaian, teknik bertanam, pemeliharaan, hama penyakit, pemanenan dan pasca panen. Lengkap dengan alur niaga dan analisis usaha yang dikemas dengan bahasa sederhana juga dengan aplikasi penerapan langsung yang mudah dilakukan oleh semua orang.Kehadiran Buku Perkebunan Kopi ini akan menyempurnakan predikat Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia dengan kualitas terbaik. Sehingga buku ini sangatlah tepat untuk dijadikan sebagai pegangan bagi siapapun yang ingin terjun ke dunia perkebunan kopi, baik orang-orang yang sudah mengenal dan memiliki pengetahuan tentang kopi maupun yang masih pemula atau yang masih awam dan belum mengenal seluk beluk perkebunan kopi. Buku ini akan memandu setiap orang untuk sukses berkebun kopi dan panen cepat dengan hasil yang menjulang, yang akan memberikan penghasilan yang tak terhingga.

Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Edisi Terbaru)

Antropologi budaya, sebuah cabang dari ilmu-ilmu sosial, mencoba memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan manusia sebagai makhluk sosial. Jawaban yang diberikan menerangkan seluk-beluk intersubjektivitas, sebagai dasar kebudayaan manusia. Bahasan dalam buku ini terbatas pada tiga masalah pokok. Pertama, orientasi umum mengenai antropologi budaya, yang tercermin dalam teori-teori yang hidup dalam dunia antropologi, metoda-metoda yang khas, serta masalah-masalah yang menyangkut penerapannya. Kedua, gejala-gejala pokok yang diamati dalam antropologi budaya seperti organisasi atau struktur masyarakat dan penelitian lintas budaya, yang memanfaatkan psikologi dalam penelitian kepribadian manusia. Akhirnya terdapat empat karangan, berupa laporan studi kasus tentang Indonesia. Informasi dalam buku ini pertama-tama dimaksudkan sebagai bahan pelengkap dalam mata kuliah Pengantar Antropologi Budaya dapa jurusan Ilmu-ilmu Sosial atau kuliah lainnya yang diarahkan untuk menumbuhkan pemahaman yang mendalam tentang kebudayaan. Selain dari itu juga bermanfaat bagi para petugas yang berurusan dengan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan seperti dalam program keluarga berencana atau bimbingan masyarakat (bimas). Buku yang membahas soal kebudayaan secara luas dan mendalam ini akan membekali pembaca dengan keinsyafan betapa naifnya sikap etnosentris. Selanjutnya pembaca terpaksa menerima adanya kenisbian kebudayaan, suatu kenyataan yang sangat perlu dihayati untuk mendinamisir proses integrasi nasional.