Ger-geran Bersama Gus Dur (Edisi Spesial Mengenang Gus Dur)

Gus Dur telah tiada. Tapi kalau Anda masih juga tak percaya bahwa kelakar-kelakarnya sangat cerdas dan lucu, caba baca petikan ini:Di depan Kanselir Jerman Helmut Schmidt, Gus Dur bercerita tentang rabbi Yahudi. Rabbi itu sudah berumur 85 tahun, dan dia sangat kecewa. Maka mengadulah dia pada Tuhannya. Tuhan, saya sudah 65 tahun mengabdi pada-Mu, sejak usiaku 20 tahun. Tapi setelah mengabdi begini lama, mengapa Engkau mengecewakanku? Mengapa Engkau biarkan anakku masuk Kristen? Tuhan, saya sungguh kecewa.Lalu Tuhan menjawab: Sama, anak saya juga masuk Kristen.Atau, yang ini dech:Seorang pendeta Hindu, seorang pastur Katolik, dan seorang kiai terlibat diskusi soal siapa yang paling dekat dengan Tuhan.Kami, dong!, kata pendeta Hindu.Kok kalian bisa merasa paling dekat dengan Tuhan? tanya si kiai.Lha, iya. Lihat saja, kami memanggil-Nya saja Om, jawab yang ditanya, merujuk seruan religius Hindu: Om, shanti, shanti, Om.Oh, kalau alasannya itu, kami dong yang lebih dekat, sergah si pastur Katolik. Lihat saja, kami memanggil-Nya Bapa. Bapa kami yang ada di surga... Sang kiai diam saja. Lalu kedua teman bicaranya bertanya, Kalau Pak Kiai, sedekat apa hubungannya dengan Tuhan?Duh, boro-boro dekat, jawabnya. Manggil-Nya aja dari menara, teriak-teriak lagi!Gerrrrr!!! Kalau Anda tetap bilang guyonan Gus Dur nggak lucu, ya terserah! Gitu aja kok repot!!!  * * *Pengantar Penerbit yang Tidak LucuKH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) telah tiada. Tokoh yang satu ini memang luar biasa. Dalam sosoknya melekat banyak ikon: pejuang demokrasi, pembela kaum marginal, pluralis, kontroversial, dan tentu saja humorissudah pasti masih banyak lagi ikon lain yang melekat padanya. Tak ayal lagi, kepergiannya akan dikenang sepanjang masa oleh segenap anak bangsa.Banyak orang mengenang Gus Dur dengan berbagai cara. Baru beberapa hari wafat, para politisi berusaha mengenangnya dengan usulan gelar pahlawan nasionaldasar politisi ya, suka memanfaatkan peluang alias momentum, oportunis sejati melebihi pengusaha. Para pengikut (umat) Gus Dur lebih sreg berdoa sambil berisak tangis di sisi makamnya. Jurnalis televisi tentu memutar kembali tayangan dialog atau wawancara bersama sang Guru Bangsa semasa hayatnya. Ada nggak ya yang ingin mengenang Gus Dur dengan membuat tugu patungnya? Kayak patung Obama di Menteng itu loh, wkwkwkwk.Nah, kami, kaum pekerja buku alias penerbit, lebih suka mengabadikan Gus Dur dengan sebuah buku. Dan, sosok Gus Dur yang humoris sepertinya lebih enak dikenang ketimbang sosoknya yang lain: sisi kontroversialnya, misalnya. Kami yakin, melempar kembali kelakar-kelakar Gus Dur ke hadapan pembaca akan terus menghidupkan sosoknya di mata masyarakat. Bukan hanya karena humor selalu membuat orang senang, tapi juga lantaran kelakar Gus Dur memang berbobot, benar-benar lain dari humor biasa. Humor-humor Gus Dur tak sekadar kocak dan lucu tapi juga cerdas dan bermutu. Tidak hanya membuat pembacanya atau pendengarnya langsung ger-geran tapi juga menyuburkan pikiran. Buku Ger-geran Mengenang Gus Dur merupakan gabungan dari dua buku yang pernah kami terbitkan secara terpisah, Gitu Aja Kok Repot! (2000) dan Saya Nggak Mau Jadi Presiden, Kok! (2001). Dalam edisi spesial mengenang Gus Dur ini, kedua buku tersebut kami satukan, berharap pembaca lebih utuh dan lebih lengkap menikmati kelakar-kelakar Gus Dur. Selamat tertawa, tapi jangan menertawakan Almarhum Gus Dur ya! Bahayyyaaa!!!Selamat jalan, Gus!Ciputat, 05 Januari 2010

Dongeng Kerajaan Nusantara Full [Free Gantungan Kunci Boneka]

Kisah Inspiratif dan Kaya Pesan Moral dari Para Raja di IndonesiaPada zaman dulu, Indonesia memiliki banyak kerajaan yang tersebar di berbagai daerah. Banyak kisah inspiratif dari setiap kerajaan yang dapat dijadikan teladan dan contoh positif bagi anak.  Buku ini berisi 10 kisah dari tokoh legenda kerajaan yang dikemas dengan menarik dan kaya pesan moral. Buku ini sangat cocok untuk melatih kemampuan membaca anak-anak usia TK dan SD. Setiap kisah dongeng di dalam buku ini menggunakan kalimat yang singkat dengan kosakata yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh anak. Plus, ilustrasi full color di setiap halamannya dapat memudahkan anak untuk berimajinasi dan membayangkan bagian cerita yang sedang mereka baca. Melalui buku Dongeng Kerajaan Nusantara ini, penulis berusaha mengingatkan dan mengenalkan kembali tokoh-tokoh kerajaan nusantara yang mungkin jarang diceritakan kepada anak-anak saat ini. Semakin kita sering mengenalkan budaya asli nusantara, anak-anak diharapkan akan semakin cinta budaya Indonesia.TENTANG PENULISKetiga penulis ini saling berteman dan sama-sama menyukai dunia anak. Buku ini lahir dari kolaborasi ketiganya yang suka membaca dan bercerita kepada anak-anak di rumah baca. Kak Anik pernah menerbitkan buku pertamanya secara indie dan saat ini bekerja sebagai staff akuntansi di sebuah perusahaan di Jakarta. Sementara itu, Nur Hanifah Widiastuti atau akrab disapa Kak Wiwid adalah wanita yang senang memasak, beternak, dan bercocok tanam. Saat ini, beliau aktif mengajar di salah satu lembaga bimbingan belajar di Yogyakarta. Jika sedang libur, Kak Wiwid menyempatkan diri untuk mengajari anak-anak untuk belajar membuat kerajinan di rumahnya. Berbeda halnya dengan Kak Tyas, wanita ini berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris di Sleman dan sudah menyukai dunia menulis sejak masih sekolah. Beberapa karyanya sempat diterbitkan secara indie bersama teman-teman di komunitas menulisnya.IG: anik_kurniati93IG: nhanifahwTwitter: @sariityas

Bocah Penjinak Angin : Perjuangan Membangkitkan Arus Listrik dan Harapan di Tengah Padang Afrika

"Aku mencengkeram buluh dan kabel, menunggu datangnya keajaiban. Akhirnya saat itu tiba, awalnya hanya terlihat sepercik cahaya yang berpijar di tanganku, kemudian muncul sebuah gelombang cahaya yang megah. Orang-orang di bawah terkesiap, anak-anak saling dorong agar dapat melihat lebih jelas."Ternyata berhasil!" seseorang berkata, "Ya," kata lain. "Anak itu sudah berhasil melakukannya."Malawi di tahun 2002 bagaikan mimpi buruk bagi rakyat negara kecil di Tenggara Afrika itu. Banjir yang diikuti oleh kekeringan dan gagal panen menyebabkan kelaparan yang membunuh ribuan orang. Bencana ini juga memaksa William Kamkwamba putus sekolah karena ayahnya, seorang petani jagung dan tembakau, tak mampu membayar uang sekolah.Di negeri tempat itu ilmu pengetahuan masih merupakan misteri, William bercita-cita membangun kicir angin untuk membangkitkan listrik dan mengalirkan air ke ladang orangtuanya agar keluarga mereka tak kelaparan lagi. Modal bocah 14 tahun ini hanyalah pengetahuan listrik dasar dari buku-buku di perpustakaan lokal serta barang-barang bekas yang ia temukan di sana-sini, mulai dari sepedah tua ayahnya sampai tali jemuran ibunya.Ketika kicir angin buatannya berfungsi, William tak hanya berhasil membangkitkan listrik- suatu kemewahan yang hanya dapat dinikmati 2 persen rakyat Malawi- ia juga membangkitkan harapan. Berita mengenai magetsi a mphepo - mesin listrik - ini tersebar hingga ke luar Malawi dan William pun mendapati dirinya berkeliling dunia untuk menceritakan kisah ini.  Dituturkan dengan lucu dan menyentuh, Bocah Penjinak Angin adalah kisah nyata tentang kegigihan seorang anak manusia yang melihat kesulitan sebagai tantangan, dan bangkit untuk menaklukkannya.