Gara-gara Facebook

Facebook yang berpenduduk hampir 200 juta merupakan negara yang demokratis. Siapapun boleh bergabung menjadi warganya, dari anak kecil hingga orang dewasa, anak jalanan hingga professor, pengangguran hingga komisaris perusahaan.Mereka menuangkan gagasan-gagasan cemerlang, luapan kesedihan dan kekecewaan, curhat, ngerjain teman, main games-games asyik, di Facebook. Kita tidak jarang melihat seseorang atau beberapa orang yang tertawa terbahak-bahak atau hanya sekadar tersenyum di depan komputer (PC), laptop atau Blackberry. Bisa diduga ?bahkan hampir dipastikan? mereka sedang membaca komen-komen dari teman-temannya di Facebook. Facebook telah menjadi media untuk menghibur diri, menghilangkan kejenuhan, bahkan juga menghabiskan waktu dengan sia-sia. Kita tidak jarang merasa kecanduan atau kehilangan sesuatu jika tidak ber-fesbuk ria.Dari interaksi mereka di dunia maya itu, timbullah berbagai tulisan yang patut kita baca. Cerita-cerita mereka terkadang lucu, gokil dan aneh. Misalnya, Septian yang menemukan dompetnya yang hilang di Facebook, Afit yang ketemu teman-teman SD-ya di Facebook setelah tak diketahui rimbanya, dipecat gara-gara sering fesbuk-an saat kerja, hingga gembong narkoba di Florida yang dituntut hukuman 105 tahun penjara setelah tertangkap gara-gara Facebook, serta segudang kisah-kisah yang lain. Semunya disajikan dalam bahasa apa adanya, tanpa mengalami banyak perubahan. Pembaca akan merasakan bahasa mereka yang mengalir dan spontan, layaknya ketika menulis di wall atau ber-SMS. So, tunggu apalagi, miliki segera buku kocak, gokil dan lucu ini..!!!

Menjadi Bahagia dalam 60 Menit

Buku yang ada di tangan pembaca ini pada dasarnya terkait dengan buku kedua penulis yang berjudul Inner Happiness (Rahasia Hidup Bahagia). Dalam salah satu babnya, Menuju Kebahagiaan penulis mengajak para pembaca untuk share tentang tujuh pelajaran untuk meraih kebahagiaan yang bersifat internal/intrinsik atau batiniah, yaitu: (1) syukur untuk bahagia, (2) bahagia dengan metode ikhlas, (3) kebercukupan, (4) penerimaan diri, (5) menumbuhkan mental bahagia, (6) menjadi orang yang kaya, dan (7) bekerja dengan bahagia. Oleh karenanya buku ini merupakan pendalaman dari point pertama tadi, dan mudah-mudahan penulis juga dapat menyelesaikan seri-seri dari enam point lainnya. Semoga.Isi buku ini sederhana dan penulis yakin pada dasarnya sudah menjadi pengetahuan bersama, memang buku ini di antaranya dimaksudkan untuk menghimpun beberapa hal yang telah kita ketahui bersama tadi. Alasan penulis, karena pada kenyataannya hal itu (syukur) sering terlupakan. Syukur, tema itu yang juga sering terlupakan. Syukur atas semua anugerah hidup yang kita peroleh, yang Tuhan berikan secara spesial kepada setiap diri kita masing-masing.}Sebelumnya, from my humble opinion, penulis kemukakan jauh sebelum pembaca menelaah buku ini, bahwa buku ini tidak dimaksudkan untuk mengajari para pembaca yang budiman. Penulis hanya mendokumentasikan apa yang dialami, direnungi, dan dipraktekkan secara pribadi dan pembelajaran dari beberapa kolega yang berkaitan dengan persoalan hidup, setelah didukung oleh bacaan lebih lanjut. Oleh karena itu, tulisan ini tidak lebih dari catatan mingguan penulis yang disusun secara sistematis, sehingga dari sisi metodologi dan sistematika pembahasan tentu masih jauh dari apa yang disebut karya ilmiah.Dalam hal ini, penulis hanya menyarankan agar buku ini lebih digunakan sebagai bahan saling berbagi (sharing) dan proses pembelajaran, daripada digunakan sebagai pegangan sepenuhnya. Hal itu penulis tekankan, karena sekalipun penulis berusaha secara sungguh-sungguh untuk menghasilkan karya yang utuh dan tajam namun kata kesempurnaan masihlah sangat jauh dilabelkan kepada buku ini.

Metamorfosis Gendis

3G (gendut, gembrot, gembul) adalah tiga kata yang ditakuti wanita. Termasuk oleh Gendis, tokoh dalam novel ini yang berusaha melangsingkan tubuhnya dari berat 101 kilo. Dengan kekuatan cinta, Gendis berhasil merubah dirinya menjadi dewi.David (bukan David Gurnani, orang Indonesia yang memenangkan ajang The Biggest Loser) adalah sang arjuna yang berhasil memotivasi Gendis untuk terus melakukan fitness dan diet secara teratur. Keberhasilan Gendis untuk melangsingkan tubuhnya ternyata harus dibalas dengan kekecewaan: David tak lebih dari seorang pria suruhan Tance Grace untuk pura-pura mencintai Gendis.Di tengah kekecewaan dan kegalauannya, Gendis dikejutkan oleh ketulusan cinta Dion, sahabat karib yang diam-diam telah mencintainya sejak Gendis masih gendut, dan Bimo, orang yang pernah mengecewakan Gendis. David pun merasa menyesal telah mempermainkan Gendis, dan sekarang ingin kembali kepada Gendis. Lalu siapa yang akan dipilih Gendis?Ada tiga pesan yang bisa dipetik dari novel ini. Pertama, tidak selamanya gendut berarti tidak cantik dan kurang menarik. Terkadang, kita saja yang terlalu rendah diri, sehingga tidak menyadari kalau ada sepasang mata yang selalu memperhatikan dan simpati dengan diri kita apa adanya. Banyak orang yang melihat kita tidak dari fisik kita yang kasat mata dan 'kurang menarik, tapi dari kepribadian (inner beauty) kita yang tentunya tak terlihat oleh mata kepala. Kedua, apa pun dalam hidup ini bisa berubah, tidak ada yang tidak mungkin, termasuk melangsingkan atau menguruskan bahkan menggemukkan badan. Ketiga, 'cinta' memang sebuah kata yang tidak bisa diartikan hanya dengan tulisan dan kata-kata. Ada sesuatu yang tak bisa dimuat dan diwakili oleh kata dan tulisan. Itulah yang 'bisa' kita sebut kekuatan atau lebih tepatnya, kenekatan.

Emak2 Fesbuker Mencari Cinta

Dua puluh lima emak-emak fesbuker nyeritain kesan and uneg-uneg-nya selama menyusuri jejaring sosial ciptaan Mark Zuckerberg. Ternyata, mempunyai akun fesbuk dengan status emak-emak, sering memunculkan cerita-cerita seru dan menggemaskan.     ?    Ifa AviantyEntah gimana datangnya, ada seorang bapak-bapak nggak tau malu, yang pop up di jendela chat dan langsung menyapa, 'Lagi apa ibu-ibu? Tidur yuuuk ?.' Astagfirullahal azhim. Pak, Pak, mbok ya kalau mabuk jangan ngegodain ibu-ibu deh. Kalau Ifa Avianty ngobrolin dunia kepenulisan itu sih biasa. Nah, dalam tulisannya kali ini, ia mencoba menjadi konsultan kuliner bagi para fesbuker.?    Triani Retno A.Lo kan penulis. Masa nggak punya Facebook, sih? Obama aja pakai Facebook. Masa lo nggak, sih?Ibu berkacamata yang berprofesi sebagai penulis ini, punya segudang opini tentang fesbuk. Baginya, fesbuk (nggak) selalu bikin mabuk. Malah, jejaring sosial ini ia jadikan sebagai tempat buat saling tukar ilmu dan bakat kepenulisannya. ?    Haya AZHari-hari setelah punya fesbuk adalah hari-hari rutinku mengonsumsi obat tetes mata dan krim antipegal. Maklum, ternyata fesbukan berpotensi menimbulkan adiksi alias ketagihan tingkat tinggi! Nggak hanya candu, fesbuk pun berhasil mempertemukannya dengan beberapa mantannya. Waduh, gimana jadinya bila emak-emak ketemu sama sang mantan, ya?Ikuti juga cerita seru lainnya dari: Miyosi Ariefiansyah, Lin Wulynne, Amanda Ratih Pratiwi, Aprilina Prastari, Imma R. Rusydi, Bayu Insani, D. Telaphia, Dinar Ardanti, Santi Nuur P, Shabrina WS, Farida Ulfa Farano, Fitri Laily, Ida Raihan, Nadiah Abidin, Nia Ariefianto, Nisa Salwa, Novyarini Prasetyo, Aney Maysaroh, Prita HW, Sinta Yudisia, Ulfah Khaerani, dan Yunita Radhiana.   Merasa jadi emak-emak fesbuker? Yuk, ikut nimbrung dalam obrolan seru penuh inspirasi ini.

Sang Teroris

Masyarakat terhenyak kaget ketika polisi membeberkan identitas pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Mariott dan Ritz Charlton beberapa waktu lalu. Usia pelaku bom baru 18 tahun. Bagaimana mungkin? Beberapa ahli mulai berspekulasi dan mengutarakan pendapatnya. Namun John Updake, reviewer sekaligus novelis asal amerika mencoba menjawabnya melalui sebuah novel berjudul Terrorist. Ahmad Ashamy Mulloy, seorang pemuda berusia 18 tahun adalah remaja cerdas yang taat pada ajaran agamanya. Ia tinggal di New Prospect, New Jersey, bersama ibunya, Teresa Malloy, yang berdarah Irlandia-Amerika. Ayahnya yang berkebangsaan Mesir meningalkannya sejak Ahmad berusia tiga tahun. Ketika berusia 11 tahun Ahmad memeluk agama Islam dan semenjak itu pula dua kali dalam seminggu ia mempelajari Kitab Suci Alquran dibawah bimbingan Syaikh Rasid, seorang imam masjid di West Main Stret, New Prospect.Di sekolahnya, Ahmad dikenal sebagai murid yang pintar. Agama menjaganya dari obat-obatan terlarang dan tindakan asusila. Karena hidup selama bertahun-tahun tanpa ayah, dan hidup bersama ibunya seorang penganut Katolik yang tanpa iman, dan digembeleng dengan keras oleh guru agamanya, Ahmad tumbuh menjadi pengabdi setia pada Allah.Pengaruh Syaikh Rasyid sedemikian besarnya dalam kehidupan Ahmad, tak seorang pun yang dapat mengalihkan perhatian Ahmad dari mengikuti ajaran agama yang disebut sebagai Jalan Lurus. Setelah lulus SMA, Jack Levy, guru pembimbingnya, menganjurkan agar Ahmad melanjutkan ke univeritas. Namun Ahmad lebih menaati anjuran Syaikh Rasyid agar ia menjadi supir truk.Sejak awal, Ahmad memang disiapkan oleh Syaikh Rasyid untuk menjalankan jihad dan melakukan misi bunuh diri dengan menjadikan dirinya pembawa truk berisi bom yang siap untuk diledakkan di terowongan di Lincoln, New Jersey. Eksploitasi karakter Kisah di atas adalah karya teranyar John Updike (1932-2009), novelis senior produktif dan pemenang dua kali Putlitzer Prize (1981 & 1991). Novel ke-22 John Updike ini diberi judul Terorist (2006). Novel ini mendapat respon yang baik dari pembacanya. Baru saja beberapa minggu terbit, novel ini telah dicetak ulang sebanyak enam kali dengan jumlah 118.000 kopi dan habis terjual dalam waktu singkat.Pembaca mungkin akan terkecoh melihat judulnya yang provokatif dan menyangka novel ini sarat dengan kekerasan dan baku tembak dengan plot yang cepat dan menegangkan. Namun, ceritanya justru memiliki alur yang cenderung lambat dan lebih mengutamakan eksplorasi karakter, psikologis serta pemikiran tokoh-tokohnya.Wikipedia mengkategorikan novel ini ke dalam genre philosophical war.Seperti dalam novel-novel lainnya, Updike memang gemar mengkolase tema filsafat dengan tema aktual. Dalam Terorist, ia banyak bermain-main dengan apa yang ada dalam pikiran dan dialog para tokohnya yang sarat dengan debat filosofis dan teologis akibat benturan antara keyakinan tokoh-tokoh radikal dengan tokoh-tokoh sekuler yang hidup secara hedonis materialistis yang bisa dikatakan merupakan gambaran umum masyarakat Amerika.Dari novelnya ini, John Updike tampak menguasai Islam. Menurut Amitav Ghosh dalam reviewnya yang dimuat dalam Washington Post, Updake tak hanya membaca Alquran, ia juga mempelajarinya secara intens. Tidak mengherankan jika dia menyertakan banyak kutipan ayat-ayat Alquranbeserta pemahamannya.Karakter tokoh-tokoh di novel ini dideskripsikan secara detai. Selain tokoh Ahmad, tokoh-tokoh lainnya seperti Jack Levy (guru pembimbing Ahmad) Beth Levy , Teresa Malloy , Charlie Chebab (atasan Ahmad), mendapat porsi yang banyak dikupas sehingga alur novel ini terasa lambat. Sayangnya, karakter Syaikh Rasid hanya sedikit dikupas dibanding tokoh-tokoh lain. Padahal dialah tokoh yang paling berpengaruh dalam kehidupan Ahmad.Potret MasyarakatDi novel ini juga pembaca akan melihat bagaimana kondisi kerohanian masyarakat Amerika yang dilihat dari sudut pandang tokoh Ahmad yang mewakili para pejuang kebenaran, rela mati syahid demi keyakinannya. Di mata Ahmad Amerika adalah bangsa yang tidak memiliki Tuhan.Karena mengambil setting kota kecil di Amerika, beberapa tahun setelah serangan 11 September, novel ini juga mengungkap bagaimana sebenarnya kebebasan yang diagungkan oleh masyarakat Amerika justru membuat negara ini lebih mudah disusupi teroris, dengan menyewa pesawat terbang dan mobil gerbong, serta mengeset website (hal 40). Fobia masyarakat Amerika terhadap sesuatu yang berbau Islam termasuk masyarakat muslimnya juga terungkap lewat sebuah dialog antar-tokohnya. Kami memang memutus sambungan telepon setelah peristiwa 11 September, kami sering menerima telepon bernada ancaman dari golongan anti-Muslim (hal 122).Di 70 halaman terakhir terdapat hal menarik. Updike mendeskripsikan dengan detail akivitas yang dilakukan Ahmad selaku pelaku bom bunuh diri lengkap dengan gejolak batinnya saat ia mengemudikan truknya menuju titik sasaran saat ia akan meledakkan truknya dan mati syahid untuk membela keyakinannya. Kehadiran novel ini setidaknya bisa memberikan gambaran apa sebenarnya yang mereka perjuangkan dan apa yang kira-kira ada di benak seorang pelaku bom bunuh diri sebelum ia melaksanakan tugasnya demi sebuah keyakinan yang dianutnya. M-1) * Hernadi Tanzil, Book Blogger & Book Reveiwer