TARBIYATUL AULAD : Pendidikan Anak Dalam Islam (Cover Baru)

Anak adalah permata hati, labuhan jiwa dan harapan masa depan. la adalah muara cinta kedua orang tuanya. Orang tua yang benar, pasti akan mefigorbankan apa pun yang ia punya demi anaknya. Dan mereka pasti ingin agar anaknya tumbuh menjadi anak yang saleh dan salehah, serta berhasil dalam studi dan hidupnya. Namun, apakah kita sebagai orang tua tahu persis jalan yang harus kita tempuh untuk menjadikan anak kita demikian?Padahal, jalan itu mahapenting karena amat menentukan masa depan anak. Sampai-sampai Nabi saw. bersabda, "Setiap anak lahir di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. "(HR al-Bukhari)Jaian itu adalah pendidikan (tarbiyah) yang baik Dan pendidik pertama dan utama bagi seorang anak adalah orang tuanya sendiri. Orang tuanyalah yang meletakkan dasar pendidikan bagi anak pada usia dini, agar saat anak memasuki usia remaja, ia tak terpengaruh oleh teman-temannya yang mungkin kurang baik perangainya Sebab, saat anak memasuki usia remaja, pengaruh lingkungan dan teman pergaulan lebih menentukan daripada orang tuanya.Maka, orang tua yang sadar pasti akan belajar cara mendidik yang benar, sesuai dengan kaidah agama dan kebutuhan anak yang berbeda-beda karakternya. Dan, buku ini menyediakan informasi-informasi yang berharga tentang konsep pendidikan Islam yang utuh, beserta metode-metodenya yang praktis untuk mencegah dan memperbaiki perilaku anak yang menyimpang.Buku Tarbiyatul Aulad fil Islam (Pendidikan Anak dalam Islam) karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan (1928-1987), ulama besar, pendidik, dan aktivis gerakan Islam internasional ini, telah mengisi kekosongan pustaka Islam dari buku-buku pendidikan Islam yang menyeluruh. Buku ini sekaligus menjelaskan bahwa Islam memiliki sistem dan metode pendidikan yang hebat untuk memperbaiki kondisi masyarakat. Dan, ia mengambil metode-metode itu langsung dari pengajar pertama dan utama umat ini: Rasulullah saw. Juga dari para murid langsung beliau, yaitu para sahabat yang mulia, serta para ulama, dan tokoh umat setelah mereka.Latar belakang penulis sebagai aktivis gerakan Islam makin memperkaya buku ini dengan berbagai informasi penting yang dibutuhkan seorang pendidik. la juga memberi perspektif penting, yang sulit kita jumpai di buku-buku sejenisr yaitu: pendidikan anak yang benar akan menciptakan generasi baru yang punya komitmen kuat terhadap Islam dalam seluruh aspeknya. seperti generasi dulu yang telah membawa Islam ke puncak peradaban dan kejayaan Dan, hanya dengan pendidikan seperti yang diperoleh oleh generasi emas itu anak-anak kita dapat mengantarkan umat Islam kembali memperoleh kejayaan nya.

CHAIRUL TANJUNG, Bangkitnya Cendana?

"Ah kamu Chairul, buat saya susah saja. Banyak yang datang ke saya minta kredit dan meminta kerjaan."Megawati Sukarnoputri, Mantan Presiden RI"Segala yang tersentuh tangannya berubah menjadi emas...CT secara alegoris boleh disebut Midas, tidak dalam kisah, tetapi dalam kenyataan. Segala usaha yang ia dirikan dan kembangkan nyaris tidak ada yang gagal..."Jakob Oetama, Pemilik dan Pemimpin Kompas GramediaAnda mungkin setiap malam menonton acara hiburan di stasiun TV miliknya. Anda juga sering berbelanja di retail miliknya, atau membeca informasi berita terkini setiap pagi di media dotcom miliknya. Tabungan Anda tersimpan di bank miliknya. Bahkan saat berlibur, Anda pun menginap di hotel miliknya. Secara tidak sadar, ia telah begitu berpengaruh dalam hidup Anda di segala sisi kehidupan. Namun kenalkah Anda dengannya?Buku ini merekam secara ringkas kehidupan Chairul Tanjung dari seorang anak miskin yang hidup di lingkungan kumuh jakarta, berbisnis demi membayar uang kuliah, meninggalkan praktik dokter gigi demi memenuhi panggilan jiwa menjadi pengusaha, jatuh bangun bisnisnya, hingga sukses membanguN CT Corp sebagai kerajaan bisnisnya yang siap mendunia. Juga terdapat klarifikasinya terhadap isu-isu negatif yang berbisik di balik kesuksesannya. Tidak hanya akan menjadi sekadar buku biografi biasa, buku inidapat menjadi motivator bagi mereka yang memiliki mimpi sama dengannya...membangun Indonesia melalui hal-hal yang dapat kita lakukan, bukan pada hal-hal yang bisa kita keluhkan.Simak kisahnya, dan jadilah seorang pemimpin yang ideal...

TAFSIR JALALAIN (Hard Cover)

Tafsir Al-Jalalain merupakan kitab tafsir Al-Qur'an yang sangat terkenal di seantero Dunia Islam. Kitab tafsir klasik Sunni ini awalnya disusun oleh Jalaluddin Al-Mahalli pada tahun 1459 M. Kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Jalaluddin As-Suyuthi pada tahun 1505 M. Sebagai penyempurnaan, edisi terjemahan ini dilengkapi dengan catatan Dr. Muhammad Al-Khumayyis, yang dicantumkan sebagai pengantar buku ini.Tafsir Al-Jalalain adalah kitab fenomenal dalam perjalanan sejarah keilmuan Islamf khususnya dalam bidang Ilmu Tafsir. Kelugasan bahasa dan metode penyampaiannya yang sederhana tidak menghalangi ketermasyhuran kitab ini di tengah-tengah karya-karya ulama yang mendalam dan luas keilmuannya.Tafsir ini diakui oleh kalangan ulama sebagai tafsir yang sangat banyak memberikan manfaat.Metode sekaligus keistimewaan kitab tafsir ini antara lain:    menjelaskan makna-makna dari setiap ayat Al-Qur'an,    bersandar hanya kepada riwayat yang paling kuat,    memberikan catatan tentang kedudukan kalimat yang dibutuhkan,    memberikan penjelasan tentang perbedaan qira'at di tempat-tempatyang terdapat perbedaan berdasarkan qira'at yang terkenal.    menghindarkan dari bertele-tele dalam penjelasan sehingga dalam uraian yang ada benar-benar ungkapan yang dipilih secara cermat dan tepat.Keistimewaan lain dari Tafsir Al-Jalalain adalah tidak ditemukan adanya perbedaan pada gaya penafsiran, meski kitab ini ditulis oleh dua orang pakar yang berbeda. Ada ulama yang meneliti bahwa perbedaan yang dapat ditemukan hanyalah kurang dari sepulul/tempat dari semua uraian tafsir yang memuat 30 juz dari Al-Qur'an. Ini menunjukkan ketepatan dan kecermatan yang luar biasa, baik dari Al-Mahalli maupun As-Suyuthi.

Pluralitas dan Pluralisme Agama

keniscayaan Pluralitas Agama sebagai Fakta Sejarah dan Kerancuan Fenomena keragaman agama merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh pemikiran keagamaan. Eksistensi komunitas yang di dalamnya orang-orang dari berbagai tradisi agama hidup bersama dan ekspansi hubungan sosial berikut komunikasi di gerbang milenium ketiga merupakan alasan-alasan untuk memperhatikan isu penting ini. Persoalan utamanya adalah bagaimana cara untuk memahami dan rnenjelaskan secara lebih baik ihwal karagaman agama tersebut? Apakah salah satu dari agama yang ada merupakan satu-satunya agama yang autentik, sempurna, dan hakiki sementara agama lain tidak sah? Atau, mungkinkah kita malihat cahaya kebenaran di semua agama dunia sehingga mereka dianggap sebagai cermin-cermin yang berbeda yang memantulkan cahaya kebenaran dan keselamatan?Apabila hanya panganut salah satu agama tertentu yang bisa meraih keselamatan, maka bagaimana halnya dengan rahmat, cinta, petunjuk Tuhan dapat dipahami? Di sisi lain, jika kemungkinan keselamatan mencakup semua penganut agama yang berbeda tadi, maka bagaimana bisa orang-orang yang berbeda dengan keyakinan agama yang berbeda secara radikal meraih keselamatan? Pertanyaan-pertanyaan penting dan problematis tersebut merupakan problem-problem utama keragaman agama. Para pemikir Muslim telah mencoba mendedah pertanyaan-pertanyaan tersebut menurut kecenderungan dan posisi intlektual mereka. Secara jelas, tak satu pun dari jawaban yang mereka berikan betul-betul sempurna dan final, sehingga pintu tetap terbuka untuk diskusi lebih jauh. Semulia apa pun tujuan mereka yang telah mengkampanyekan pluralisme religius dan sedalam apa pun simpati kita kepada perjuangan mereka melawan intoleransi yang telah berurat teologis mereka gagal. Dan kegagalan itu tidak berkaitan dengan apa yang ditemukan dalam filosofi politik liberal. Agar bisa melihat kegagalan ini, pertama-tama kita perlu mengenali garis besar perkembangan historis dan ide sentral dari liberalisme religius dan liberalism politik. Menurut pluralism non-reduktif, keyakinan yang benar diperlukan tetapi tidak penting untuk keselamatan. Keyakinan benar tidak penting dalam arti bahwasanya boleh jadi seseorang selamat karena karunia Allah meskipun kewajiban ini tidak dipenuhi. Pelbagai tingkat pluralisme non-reduktif akan memberi peluang perbedaan secara relatif dari keyakinan yang benar.