TAFSIR JALALAIN (Hard Cover)

Tafsir Al-Jalalain merupakan kitab tafsir Al-Qur'an yang sangat terkenal di seantero Dunia Islam. Kitab tafsir klasik Sunni ini awalnya disusun oleh Jalaluddin Al-Mahalli pada tahun 1459 M. Kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Jalaluddin As-Suyuthi pada tahun 1505 M. Sebagai penyempurnaan, edisi terjemahan ini dilengkapi dengan catatan Dr. Muhammad Al-Khumayyis, yang dicantumkan sebagai pengantar buku ini.Tafsir Al-Jalalain adalah kitab fenomenal dalam perjalanan sejarah keilmuan Islamf khususnya dalam bidang Ilmu Tafsir. Kelugasan bahasa dan metode penyampaiannya yang sederhana tidak menghalangi ketermasyhuran kitab ini di tengah-tengah karya-karya ulama yang mendalam dan luas keilmuannya.Tafsir ini diakui oleh kalangan ulama sebagai tafsir yang sangat banyak memberikan manfaat.Metode sekaligus keistimewaan kitab tafsir ini antara lain:    menjelaskan makna-makna dari setiap ayat Al-Qur'an,    bersandar hanya kepada riwayat yang paling kuat,    memberikan catatan tentang kedudukan kalimat yang dibutuhkan,    memberikan penjelasan tentang perbedaan qira'at di tempat-tempatyang terdapat perbedaan berdasarkan qira'at yang terkenal.    menghindarkan dari bertele-tele dalam penjelasan sehingga dalam uraian yang ada benar-benar ungkapan yang dipilih secara cermat dan tepat.Keistimewaan lain dari Tafsir Al-Jalalain adalah tidak ditemukan adanya perbedaan pada gaya penafsiran, meski kitab ini ditulis oleh dua orang pakar yang berbeda. Ada ulama yang meneliti bahwa perbedaan yang dapat ditemukan hanyalah kurang dari sepulul/tempat dari semua uraian tafsir yang memuat 30 juz dari Al-Qur'an. Ini menunjukkan ketepatan dan kecermatan yang luar biasa, baik dari Al-Mahalli maupun As-Suyuthi.

PECI: Semua Sayang Daisy

Berpikir adalah kunci cahaya, la adalah landasaN ilmu. pengikat pengetahuan dan pemahaman. Berkali-kali Allah menegur manusia yang tak mau menggunakan pikirannya, sekaligus memuji dan bahkan menaikkan derajat orang-orang yang berpikir di antara manusia lainnya. Ya. karena orang yang paling mulia di antara kita di mata Allah adalah yang paling bertakwa. Sedangkan takwa membutuhkan ilmu. Ilmumembutuhkan pemikiran.Wahai anak-anak Adam. mari kita renungkan, betapa dahsyat tanda-tanda kebesaran Allah yang dibentangkan di sekitar kita! Mulai dari penciptaan manusia, dari setetes air mani menjadi segumpal darah, segumpal darah menjadi sekerat daging, sekerat daging menjadi sebongkah tulang.... Lantas keajaiban semut serta laba-laba: lalu bagaimana Allah menciptakan mutiara dan cangkangnya yang berada di dasar laut; udara lembut yang tidak berwujud tetapi dapat dirasakan tatkala berembus; burung-burung terbang di angkasa dengan formasi setengah lingkaran yang berkejar- kejaran; hingga pada bintang-bintang, peredarannya, terbitnya, tenggelamnya, mataharinya, bulannya, dan perbedaan arah timur dan baratnya, keteraturannya dalam bergerak dan mengorbit, terus-menerus tanpa ada hentinya. Rasulullah saw. bersabda, "Berikanlah kepada matamu hak untuk beribadah." Para shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa hak ibadahnya?" Rasul menjawab, "Melihat mushaf, berpikir tentang isinya, dan mengambil pelajaran dan keajaibannya."Sebuah kitab yang akan membuat kita mendesahkan napas, saking takjubnya...!

Semiotika dan Hipersemiotika : Kode, Gaya & Matinya Makna

Buku ini dimulai dari definisi semiotika oleh Umberto Eco yang mengatakan bahwa semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Definisi Eco ini meski sangat mencengangkan banyak orang secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep dusta didalam wacana semiotika, sehingga dusta tampaknya menjadi prinsip utama semiotika itu sendiri. Lebih lanjut Eco mengemukakan: Bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kebenaran: ia pada kenyataannya tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan apa-apa. Saya piker definisi sebagai teori kedustaan sudah sepantasnya diterima sebagai program komprehensif untuk semiotika umum.Terkait definisi itu, Yasraf mengembangkan konsep hipersemiotika, meski pun tidak dengan sendirinya hipersemiotika dapat diartikan sebagai teori kedustaan. Awalan hipersemiotika - yang bermakna melampaui memperlihatkan bahwa hipersemiotika bukan sekedar teori kedustaan, akan tetapi teori yang berkaitan dengan relasi-relasi lainnya yang lebih kompleks antara tanda, makna, dan realitas, khususnya relasi simulasi. Dari pembahasan tersebut, Yasraf  lalu menerapkan kajiannya untuk membedah gaya, kode hingga matinya makna, dan ditutup dengan penerapan semiotika dalam metode penelitian interpretatif, iklan, agama, dan cultural studies pengkajian tanda.Buku ini, sebagai suatu buku utuh, berhasil memperlihatkan secara menyeluruh dan secara rinci tentang (bahasan)nya. Pemaparan deskriptif informative nyaris leksikografis, yang menuntut ketekunan cermat ini, sangatlah berharga sebagai suatu tahapan dasar untuk melakukan refleksi lebih mendalam dan substansial selanjutnya atas kipra peradaban mutakhir dunia kita ini.