Spiritualitas Politik

[NOTE] Buku Terbit Tanggal 24 Februari 2014Di tengah-tengah kenyataan praktik bermain-main politik yang salah dan merugikan kebaikan dan kepentingan bersama ini, dan di tengah-tengah yang disebut oleh Paus Benediktus XVI sebagai penumpulan etis yang merebak, Pastor Yan Olla, MSF menawarkan inspirasi yang menarik. Seandainya etika politik yang diinspirasikan oleh iman Kristiani ini sungguh dijalankan, pelan-pelan cita-cita untuk membangun kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan tercapai.Mgr. I. SuharyoUskup Agung Jakarta dan Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)Buku ini perlu dibaca oleh siapa saja, termasuk mereka yang non-Kristiani, karena selain bisa memahami pandangan dan praktik spiritualitas politik gereja dan umat Katolik, buku ini dapat mendorong penulis non-Kristiani untuk menggali pandangan keagamaan masing-masing tentang politik yang sebetulnya tidak kotor dan mendorong setiap umat beragama untuk berpolitik bagi perdamaian, keselamatan dan kesejahteraan manusia.Budiarman BaharDuta Besar RI untuk Takhta Suci VatikanPolitik itu kotor, karena itu hindarilah. Inilah yang dipahami kebanyakan orang tentang politik. Paulinus Yan Olla membalik pemahaman ini dengan menunjukkan bahwa politik adalah jalan menuju kesucian, karena pada dasarnya spiritualitas politik adalah spiritualitas pelibatan (keterlibatan) seperti yang ditampilkan dalam keseluruhan pengalaman Kristus dalam mewujudkan kemaslahatan bersama (bonum commune).DR. TA. LegowoPemerhati Politik dan Mantan Ketua Formappi (Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia)Bagi seorang beriman Kristiani, nilai-nilai universal seperti kebenaran, keadilan, kasih, kebebasan, Hak-hak Asasi Manusia, subsidiaritas, solidaritas, partisipasi, dan persekutuan, merupakan motivasi utama, dasar pijakan, acuan, dan pedoman dalam berpolitik. Kalau nilai-nilai ini dihidupi dalam politik Indonesia, tentunya harta dan takhta tidak akan dilihat sebagai tujuan dalam politik, melainkan sebagai sarana untuk memperjuangkan kepentingan bersama.DR. Neles Tebay, PrMisiolog, Ketua STFT Fajar Timur, Jayapura dan Koordinator Jaringan Damai Papua (JDP) di Papua.

Bulan Jingga dalam Kepala

Istana Merdeka diduduki seratusan ribu mahasiswa untuk menangkap seorang diktator, Presiden Jenderal Suprawiro. Sang presiden tertembak mati dan digantung terbalik seperti pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini. Puteri bungsu presiden, Bulan Pratiwi (5 tahun) tertembak juga secara tidak sengaja oleh sang tokoh mahasiswa, Surianata, ketika melindungi kekasihnya, Bunga Langit. Kematian Bulan Pratiwi inilah pemicu pertempuran dunia batin Surianata hingga detik terakhirnya.Fiksi sejarah politik Indonesia dan dunia kontemporer, melukiskan hiruk-pikuk gerakan mahasiswa Indonesia di abad XX. Anak-anak muda idealis dan pemarah dengan pergulatan batin sebagai manusia kongkret ketika kekerasan silih berganti di tengah pertarungan kekuasaan dan kebebasan. Berlatar istana hingga sel penuh kekerasan di Penjara Nusakambangan, Penjara Sukamiskin, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Kuil Yasukuni Tokyo, horor Hiroshima, Kamp Konsentrasi Nazi Sachsenhausen dan Holocaust Memorial Berlin. Bulan Jingga dalam Kepala mengajak Anda bertamasya jiwa ke dunia realis dan surealis tentang tragedi, kerapuhan hidup, serta keserbamungkinan pilihan manusia.***Penuh liku, padat, penulis memberi ruang yang dahsyat di mana kita bisa merasakan kekayaan batinnya yang bergejolak seolah tak pernah berhenti berpikir. Novel menarik untuk yang ingin mengisi batin dan kesadaran.-Happy Salma, aktris, presenter, penulis antologi cerpen Pulang, pemeran utama drama Nyai Ontosoroh.Novel ini menangkap fenomena dan keberlangsungan kejahatan, apa pun bentuknya. Sikap tegasnya untuk mengambil jarak adalah komitmen yang harus didukung. Menarik untuk dibaca, diimajinasi dan melakukan apa yang menjadi spiritualitasnya.-Suciwati Munir, isteri almarhum pejuang HAM, MunirFiksi yang diangkat dari pengalaman pribadi selalu lebih kuat oleh keterlibatan emosi. Dalam novel ini ada kemarahan yang getir, atau sebaliknya ada kegetiran berlumur amarah: hak yang hendak dimintanya dari kehidupan.-Kurnia Effendi, penulis cerpen dan redaktur budaya tabloid Parle, mantan Presiden Grup Apresiasi Sastra (GAS) ITBBulan Jingga dalam Kepala menautkan kekayaan pengalaman empirik seorang aktivis dengan ketajaman sensitivitas prosaik seorang penulis. Sebuah novel dengan bobot tersendiri dalam khazanah sastra Indonesia.-Akmal Nasery Basral, novelis Imperia dan Naga Bonar Jadi 2, wartawan TempoSaya tak akan mengutip apa pun dari novel ini. Saya hanya ingin berbagi referensi, bahwa novel ini sangat layak untuk dibaca. Dan, karenanya, sekali lagi ia sama sekali tidak butuh endorsement! -Djenar Maesa Ayu, penulis antologi cerpen Mereka Bilang Saya Monyet, Jangan Main-main dengan Kelaminmu, dan novel Nayla, presenter dan aktris filmDalam puisi, esai, bahkan aksinya, Fadjroel terus memperjuangkan merdeka budi dan hati, oase proses kreatif manusia. Lewat narasi novel, juang merdeka itu jadi pilihan hidup atau mati bila anda manusia bermartabat.-Dr. Mudji Sutrisno, dosen filsafat di STF Driyarkara, penulis antologi puisi Sunya, dan budayawan

PETA KAMASURTA

"Menggunakan kata Kamasurta yang merupakan plesetan itu wujud kreatif sang penulis sebagai ice breaker sekaligus attractor untuk membuat pembaca buku ini penasaran. Ditunjukkan oleh sang penulis bahwa humor adalah kiat pamungkas dalam upaya pembelajaran publik. Tersenyum simpul kala membaca kumpulan cerita ini dan pengetahuan kita bertambah tentang peta Nusantara: dari Rondo sampai Mapia, dari Miangas hingga Ndana."Dr. Ir. Kusmayanto Kadiman, Menteri Negara Riset dan Teknologi RI 2004-2009Membaca buku ini, saya dapat merasakan guyonan dan kritikannya yang mengena, membuat saya tak bisa menahan senyum bahkan tertawa. Buku ini mengingatkan saya pada Snoopy, tokoh dalam karikatur terkenal di koran-koran berbahasa Inggris. Saya kira, kita semua ini mirip Snoopy, merasa paham peta padahal sebenarnya tidak tahu. Barangkali, ini juga yang dimaksud oleh Sdr. Sukendra Martha dengan membuat buku yang ringan, lucu, tetapi mengena sasarannya yaitu sebagai bagian dari pembelajaran. Selamat berkarya dan semoga buku ini sukses!Prof. Dr. Ir. Jacub Rais, MSc, Guru Besar Emeritus ITB dan Kepala BAKOSURTANAL 1984-1993"Peta merupakan hasil karya yang menggabungkan unsur persepsi, seni, dan teknologi. Buku Peta Kamasurta, tulisan Sukendra Martha, ini memberikan sentuhan baru dalam memandang peta, dengan gaya humoristik. Dengan demikian, buku ini bisa disebut Mapumor: map plus humor. Lucu dan perlu dibaca!"Drs. Al. Susanto, MM, Ketua Asosiasi Kartografi Indonesia (AKI) 1999-2003 PENULIS:Sukendra Martha lahir di Desa Prajawinangun (dulu Srombyong), Gegesik, Cirebon, pada 12 September 1954. Aktif menulis sejak mahasiswa dan terutama saat menjadi peneliti geografi Bakosurtanal (19922000). Pendidikan formal akademik dijalaninya mulai dari Bachelor of Science (BSc.) dalam bidang geografi dari Fakultas Geografi UGM (1975), Doktorandus (Drs.) Geografi, Jurusan Kartografi pada universitas yang sama (1979). Master of Science (MSc.) di Oklahoma State University, Department of Geography, Stillwater, USA (1984), dan Master of Applied Science (MAppSc.) dalam bidang Remote Sensing/Geography dari School of Geography, UNSW, Sydney Australia (1992).Karya-karyanya antara lain Pendekatan Geografi untuk Pembangunan [ed.] (2000), Geografi Islam dan Geografiwan Muslim (1994), 100 Anekdot Ubudiyah (2004), Peneliti Membanyol (2005), Humor ala Ilmuwan (2006), Surveyor Pemetaan (2007), dan Humor Peneliti (2008). Bersama pengurus Asosiasi Kartografi Indonesia (AKI), dia telah menerjemahkan buku Cartography: Spatial Data karya Prof. Menno-Jan Kraak dan Prof. F. Ormeling (buku ini diterjemahkan lebih dari 15 bahasa di dunia: Inggris, Prancis, Belanda, Spanyol, China, dan lain-lain, termasuk dalam bahasa Indonesia).Aktif di berbagai organisasi profesi dan keagamaan. Dalam organisasi profesi di bidangnya, dia pernah menjadi Sekretaris I Ikatan Geograf Indonesia (IGI), Ketua Umum Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada (IGEGAMA) 20032007, dan Ketua Umum Asosiasi Kartografi Indonesia (AKI) dalam dua periode sejak 2003. Ia juga menjadi anggota di beberapa organisasi internasional, meliputi ICA Commission on Education and Training (diketuai Dr. David Fraser); ICA Working Groups on InterGIS and InterCarto (GIS and Sustainable Development) yang diketuai Prof. Vladimir Tikunov, dan ICA Working Group on Cartography and Geoinformatic for Early Warning and Crisis Management yang diketuai Prof. Milan Konecny.Sampai saat ini, dia masih menjadi anggota Pokja Geografi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas RI) dan masih tercatat sebagai pengajar tidak tetap pada Program Studi Pendidikan Geografi FKIS, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Jakarta, juga dosen tidak tetap pada Sekolah Pascasarjana (Fakultas Geografi UGM), Yogyakarta. Selain itu, di tengah seluruh kesibukannya sebagai Sekretaris Utama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), dia terus aktif menulis dan mempromosikan kegiatan survey dan pemetaan.

Pajak Itu Zakat : Uang Allah Untuk Kemaslahatan Rakyat

Buku ini merupakan satu contoh penafsiran ulang yang tuntas terhadap salah satu ajaran sosial Islam yang paling penting tapi sekaligus paling terlantar selama ini, zakat. Sebuah cara pemahaman agama yang berorientasi pada kemaslahatan kemanusiaan sebagai pesan utama dari teks ajaran. --Abdurrahman Wahid Semua negara, kecuali pemuja kekuasaan absolut, bergantung pada pajak yang dipungut dari rakyatnya dengan ancaman keras terhadap mereka yang mengemplangnya. Pertanyaan moral yang harus dijawab: siapa sebenarnya pemilik uang pajak itu, dan untuk kepentingan siapa? Mengacu konsep zakat yang dipraktikkan Rasulullah Saw. di Negara Madinah 14 abad yang lalu, buku ini menegaskan pesan moral-spiritual yang sederhana tapi mendasar: pertama, untuk wajib pajak, bayarlah pajak Anda dengan niat zakat (sedekah karena Allah), dan Anda berhak mendapatkan pahalanya; kedua, kepada pejabat dan aparat negara sebagai amil, kelola uang pajak itu dengan penuh ketakwaan kepada Allah selaku Pemiliknya, dan Anda berhak akan perkenan-Nya; ketiga, kepada semua pihak langsung maupun melalui wakilnya, awasilah setiap rupiah dari uang pajak itu agar benar-benar dibelanjakan untuk kemaslahatan segenap rakyat terutama yang lemah (mustadhafin), maka keadilan dan kemakmuran akan menjadi milik kita bersama. Ini karya intelektual Indonesia dengan khazanah keislaman klasik yang kaya. Mengatakan zakat sebagai konsep pajak dan pembelanjaannya merupakan pemikiran orisinal yang perlu untuk mendongkrak ajaran universal Islam yang terabaikan: keadilan sosial. Ahmad Syafii Maarif Buku seperti ini hanya terlahir dari seorang pemikir Muslim yang serius dan inklusif. Sejak membaca edisi pertama, saya selalu meniatkan zakat pada pajak saya. Dan dengan demikian keber-Islam-an saya pun menjiwai hidup dan kebernegaraan saya. Tidak ada jarak, apalagi dikotomi, antara keduanya. Bagi saya, bernegara adalah mengaktualisasikan pesan-pesan moral agama saya. --Prof. DR. Mahmud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Sungguh menarik menafsirkan ajaran zakat sebagai perspektif etik ilahiyat untuk sesuatu yang begitu profan: pajak dan pembelanjaannya oleh Negara. Didik J. Rachbini 

Refi- AI Agent
Halo Kak! Ada yang bisa saya bantu?