Turquoise : Kisah Sang Singa Perkasa Dari Kohina

"Sebuah riwayat, sedahsyat apa pun, akan tinggal membeku tertimbun gurun waktu, kecuali, seseorangg mengangkatnya kembali dengan cara pandang yang cemerlang. Titon Rahmawan telah menulis secara serius, sehingga terasa betapa kemegahan kisah dan kepahlawanan selalu mencuri perhatian kita untuk menyimak dengan kekaguman tersendiri. Turquoise telah memperlihatkan kelebatan cahaya masa lalu, hadir melalui kata-kata yang anggun dan mudah dipahami. Kita, diam-diam, telah memiliki pengarang setara Tariq Ali." - Kurnia Effendi, cerpenis dan peneliti LPKP "Karena cinta, persahabatan jadi sirna. Karena cinta harta, cinta jadi binasa. Karena kalap cinta, rasio tidak bicara. Sang penulis, Titon Rahmawan menuliskannya dengan gaya bertutur yang memainkan perasaan dan hati. Beberapa adegan menampakkan kejutan, secara runtut perlu dibaca dengan cermat untuk mendapatkan efek penggambaran suasana dan peristiwa." - Yonathan Rahardjo, penulis novel 'Lanang' Penyabet Juara Harapan 2 Lomba Novel DKJ 2006 "Novel berlatar budaya Arab ini menceritakan senandung kesetiaan di persimpangan jalan. Antara jalan Tuhan dan manusia." - Sigit Susanto, novelis dan penulis catatan perjalanan 'Menyusuri Lorong-Lorong Dunia' "Turquoise: novel puitis dengan unsur suspense yang semakin menguat dan latar cerita yang berhasil membangun rasa kepedihan." - Manaek Sinaga. Pemimpin Umum majalah sastra Imajio "Dengan alur yang tak bersolek, novel ini membuktikan penulisnya adalah juru cerita yang piawai membangun kisah." - Donny Anggoro, eseis dan cerpenis "Sebuah kisah yang sangat menakjubkan, yang dengan cerdas meramu intersitas dramatis, petualangan mistis, ketegangan psikologis, kearifan masa lampau, dan gaya tutur yang bertabur puisi menjadi sebuah donggeng dengan latar yang demikian eksotis dan saraf fantasi." - Ratna Dwi Yulianti, pemerhati sastra "Lewat Turquoise, Titon Rahmawan berhasil memadukan eksotisme ala Kisah Seribu Satu Malam, kesyahduan sastra sufistik, dan kepiluan gaya Shakespeare-an Tragedy. Salah satu novel yang amat mengasyikkan!" -Iwan Sulistiawan, dosen & penulis pemula

Aargh!!! Di Mana Jodohku

Merah, biru, hijau, abu-abu. Mungkin bagi kebanyakan orang, itu hanyalah nama bagi setiap warna. Tak bermakna. Namun, tidak bagiku. Warna-warna itu adalah perjalananku yang amat melelahkan. Perjalanan bersama orang yang bukan ditakdirkan untukku. Perjalanan menggapai kasih sayang berlambang cinta. Ini adalah kisahku. Kisah menggapai cinta dan jati diri.***Novel yang 100% royaltinya akan disumbangkan ini, mengisahkan tentang perjalanan seorang gadis dalam menemukan cinta, jodoh, jati diri, rezeki, dan kebenaran haikiki."Tulisan itu, jika berdasarkan pengalaman penulisnya sendiri, lebih bertenaga, lebih memotivasi, dan punya ruh. Novel ini terinspirasi dari pengalaman penulisnya. Selamat membaca!"- K.H. Yusuf Mansur "Astrid berhasil mengemas pesan-pesan religi dengan bahasa yang renyah sehingga enak dibaca dan tidak membosankan. Novel ini juga mengingatkan kepada pembaca, bahwa berbagi melalui sedekah itu orang tidak harus menunggu menjadi kaya terlebih dahulu. Justru dengan sedekah itulah pintu-pintu rezeki akan terbuka lebar."- Noor Huda Ismail,Penerima Ashoka Award, Public Speaker, Founder Yayasan Prasasti Perdamaian, Owner Dapoer Bistik Resto, dan Penulis novel Temanku Teroris "Ringan namun 'berisi'. Bahasanya menyenangkan dan mengalir. Oke banget buat teman on weekend. Must read buat yang masih single dan lagi mencari belahan jiwa."- Aditya Wardani, Presenter dan Produser TV "Dengan bahasa casual, Astrid berusaha menjelaskan bahwa emosi negatif seperti marah, iri, dan dengki sebenarnya merusak diri sendiri. Memang tidak mudah, tetapi memaafkan dari hati yang tulus adalah hal terbaik. Highly recommended."- Inez Tagor, Selebriti "Dengan bahasa yang renyah dan kisah memikat, tanpa menggurui Astrid mengingatkan mengenai pentingnya mengenakan mahkota-Nya. Aura kecantikan hati akan lebih terpancar karenanya. Jilbab."- Irna Dewi, PR Moshaict & Hijabstore, Stylish dan Blogge

Filsafat Pendidikan Islam - Edisi Baru

Rumusan tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat, kehadiran guru yang tidak profesional bahkan tidak memiliki keahlian dalam mengajar (teaching skill), metode pembelajaran yang tidak akurat yang berakibat tidak sampainya tujuan pendidikan yang diharapkan, kurikulum yang tidak memenuhi harapan masyarakat dan lain sebagainya, merupakan rentetan pesoalan yang berimplikasi pada kelahiran lulusan (output) yang kurang berkualitas. Berbagai masalah tersebut menjadi persoalan serus dalam dunia pendidikan Islam, khususnya di Indonesia. Upaya untuk memperbaiki kondisi kependidikan tersebut perlu dilacak pada akar permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis.Filsafat Pendidikan Islam merupakan kajian secara filosofis mengenai bagian masalah yang terdapat dalam pendidikan Islam. Kehadirannya, diharapkan menjadi alternatif dalam menjawab segala persoalan pendidikan Islam yang muncul.Isu utama buku ini adalah pada pembahasan visi, misi dan sifat pendidikan, dasar dan asas-asas pendidikan Islam, konsep mausia, tujuan pendidikan, guru, anak didik, kurikulum, dan metode sampai dengan evaluasi dalam pendidikan secara filosofis. Buku ini juga dilengkapi dengan pembahasan para pakar pendidikan Islam seperti, al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ikhwan al-Safa, Ahmad Dahlan, Zainuddin Labay, Ahmad Surkati dan lain-lain seehingga pembaca dapat mengetahui pemikiran-pemikiran pendidikan Islam yang dilontarkan tokoh tersebut.

Rihlah Ibnu Khaldun

Nama Ibnu Khaldun sangat terkenal baik di dunia Islam maupun Barat. Banyak sekali julukan yang disematkan kepadanya, seperti bapak sosiologi, peletak dasar filsafat sejarah, perintis ilmu ekonomi, hingga penggagas teori-teori politik. Karyanya yang sangat monumental adalah al-Muqaddimah. Ini sesungguhnya adalah bagian awal dari kitab Tarikh Ibnu Khaldun, yang lengkapnya bernama al-Ibar wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man Asharahum min Dzawi as-Sulthan al-Akbar. Orang lebih mengenal al-Muqaddimah. Padahal, Tarikh-nya juga penting, termasuk bagian terakhirnya yang merupakan memoar perjalanan Ibnu Khaldun, yakni at-Tarif bi Ibn Khaldun wa Rihlahtuh Gharban wa Syarqan. Buku ini adalah catatan penulisnya, tentang perjalanannya ke Barat dan ke Timur, yang jarang diketahui. Perjalanan ini menjadi semacam latar belakang dia menulis al-Muqaddimah dan secara keseluruhan kitab Tarikh-nya. Pengalaman perjalanan ini, di mana ia melihat dan mengalami langsung kondisi sosial-politik pemerintahan Islam yang bergolak, saling berperang, berebut kekuasaan antar amir dan sultan, bahkan antar keluarga kerajaan, menjadi bahan utama ia menulis teori-teori sosialnya dalam al-Muqaddimah. Buku ini juga menjadi karya penting untuk mengenal lebih dekat sosok Ibnu Khaldun, mulai dari nasab, keilmuan, kepribadian, ketokohan, hingga tanggung jawabnya dalam jabatan hakim agung yang dia emban dari penguasa.

Refi- AI Agent
Halo Kak! Ada yang bisa saya bantu?