Zaman yang terus berjalan ke depan telah memicu perubahan paradigm di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya, muncul paradigm baru yaitu postmodernisme, sebagai revisi dari paradigm sebelumnya, yaitu modernism. Postmodernisme terus berkembang dan semakin marak hingga mematikan modernism (Grenz, 1996).Modernisme postmodernisme, masing-masing memiliki cara tersendiri dalam memandang kebenaran. Jika dalam modern kebenaran itu bersifat objektif, tidak demikian halnya bagi postmodernisme yang memandang kebenaran sebagai sesuatu yang relatif. Uniknya, makna kebenaran bagi postmodernisme sebagai konstruk dari masing-masing individu. Bagi postmodernisme, kebenaran bersifat relatif, situasional, kondisional.1. Kedua penulis memang memiliki ketertarikan terhadap pemikiran filsuf dunia terutama yang berkaitan dengan postmodernisme.2. Berisi tentang bagaimana perbedaan sudut pandang antara modernism dan postmodernisme dalam memandang suatu kebenaran.3. Desain cover yang simpel tetapi unik dan menarik, serta dengan gaya bahasa yang jelas sehingga tidak membingungkan bagi pembaca
This book consists of various articles with different themes about ancient culturalphenomena from all over Indonesia, such as Central Java, West Java, andSumatra. This description mostly discusses the ancient Java, in particularMajapahit ( 14th ? 15th Centuries ). These different themes are tied in one discipline,Indonesian Arkeology. Two articles in the book are strongly felt to beimportant are Patirthan (Literally translated as The Holy Waterspring) and theone about Lost Letters on the stone inscriptions. Other articles are newinterpretations of the archeological data that the previous archeologists havediscused, among others reading narrative reliefs of Borobudur Temple, AncientSundanese structures, and the ones about the symbolic meanings of Sriwijayainscription placement in Sumatera. It is really expected that what is presentedin this book can be accepted by those who have interests on ancient cultures inIndonesian.
Para pemikir dan aktivis Islam politik meyakini bahwa pengorganisasian masyarakat Muslim Arab di Madinah pada masa Rasulullah saw dan Khulafair Rasyidun merupakan wujud Negara Islam. Keyakinan ini sejatinya lebih didasarkan pada pemahaman normatif-ideologis?ketimbang historis-sosiologis?atas sejarah Islam awal. Tak pelak, pemahaman ini menempatkan Negara Islam pada posisi sakral, bahkan dianggap tipe ideal bentuk negara yang wajib dibangun kembali oleh umat Islam dewasa ini.Buku ini menawarkan pandangan baru yang sangat kritis untuk menguji kesahihan keyakinan tersebut. Dengan pendekatan dan metode interpretasi historis-sosiologis, penulisnya memaparkan secara proporsional kontribusi Islam dan tradisi Arab (jahiliah) bagi pembentukan negara (state formation) pada masa-masa awal. Pandangan baru ini membuka ruang pemahaman yang lebih mendekati realitas sebenarnya atas kehidupan masyarakat Muslim Arab masa itu.Alhasil, penulis menyimpulkan bahwa pengorganisasian kekuasaan pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin bukanlah wujud (final) Negara Islam, melainkan baru sebatas ?Chiefdom Madinah?, yakni sebentuk pranata kekuasaan terpusat pra-negara (pre-state) yang jadi sumbu tata kelola masyarakat di Madinah dan wilayah taklukannya. Pengorganisasian kekuasaan pada masa itu menyerap banyak elemen sosial-budaya setempat, bersifat sementara, ad hoc, dan belum menampakkan bentuknya yang matang, di mana Islam dan tradisi Arab jahiliah sama-sama memberi andil bagi Chiefdom Madinah.***Studi tentang Negara Madinah tak pernah habis-habisnya dikaji. Berbagai pendekatan telah dilakukan, ada yang bersifat kritis-historis, ada pula yang bersifat teologis-normatif. Adakah Negara Madinah itu sebuah doktrin teologis yang bersifat finalistis ataukah eksperimentasi sejarah yang bersifat kondisional? Buku ini menarik dimiliki dan dibaca, Saudara Abdul Aziz menyajikan hasil penelitian ilmiahnya seputar proses pembentukan Negara Madinah yang sangat kaya dengan inspirasi, aspirasi, dan nilai-nilai bagi pembentukan negara modern.- Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah JakartaBuku ini merupakan hasil kajian yang sangat penting bagi khazanah politik Islam, khususnya dalam konteks Indonesia yang sesekali masih berlangsung tarik-menarik antara negara agama dan negara sekuler.- Prof. Dr. M. Bambang Pranowo
Buku ini mengisahkan persekutuan aneh di Australia antara pejabat Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Hindia Belanda diduduki oleh Jepang, dan para tahanan komunis serta nasionalis yang dibuang di Boven Digoel. Persekutuan dimulai pada 1943 karena orang Belanda dan orang buangan memiliki musuh bersama yang ditakuti, yaitu kekuatan fasis Jepang. Van der Plas adalah tokoh utama Belanda yang berharap dapat memanfaatkan orang-orang Digoel. Ia membujuk para tahanan untuk pindah ke Australia dengan iming-iming akan membebaskan mereka. la juga berharap bahwa organisasi baru Serikat Indonesia Baroe atau SIBAR, yang dibentuk sebagai hasil kerja sama pemerintah Belanda dan orang buangan, akan menjadi alat untuk memudahkan kembalinya kekuasaan Belanda. Bagi orang komunis. SIBAR menjadi eara untuk mempropagandakan kemerdekaan Indonesia dan mengkritik Belanda. Sementara itu. Belanda menganggap kaum komunis sebagai kawan sehaluan, bahkan ketuanva. Sardjono. disumpah sebagai opsir KN1L. Sejarawan terkemuka Harry A. Poeze mengungkapkan denga terperinci dalam buku ringkas tetapi sarat informasi ini perihal bagaimana persekutuan aneh tersebut berjalan.
Jalur-jalur rendah di situs Trowulan, yang diakui sebagai ibukota Majapahit, oleh sementara ahli ditafsirkan sebagai bekas kanal-kanal yang berisi air dan tafsiran tersebut terlanjur dianggap sebagai kebenaran sehingga banyak interpretasi lain yang diturunkan dari tafsiran adanya kanal tersebut. Hal yang penting adalah tafsiran bahwa kota Majapahit di masa silam ternyata diiris-iris oleh kanal-kanal tersebut, padahal jelas tidak mendapat dukungan dari sumber tertulis mana pun yang sezaman. Atas dasar penasaran pada ketidakcocokan itulah telaah ini dikembangkan, sebab hemat penulis yang terjadi adalah para peneliti harus mampu memanfaatkan segala data yang ada untuk penjelasan masalah jalur-jalur kanal di Trowulan tersebut.Bab 2 buku ini membahas Jalur-jalur rendah tersebut dengan argumentasi sehingga menghasilkan tafsiran lain: bahwa jalur-jalur tersebut merupakan bekas pemukiman penduduk yang ditata sesuai dengan keagamaan yang dianut oleh masyarakat Majapahit.
Hubungan Indonesia-Malaysia dalam sejarahnya kerap diwarnai dengan perilaku atau gerakan yang boleh jadi terwakili oleh kata: merajuk. Perasaan kesamaan sejarah, sentimen keserumpunan, dan migrasi warga Indonesia yang telah berlangsung begitu lama telah melekateratkan kedua bangsa dalam ikatan sosio-kultural. Batas teritorial negara dan persoalan politik, ternyata tidak serta-merta memagari hubungan sosio-kultural penduduk kedua bangsa yang sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya dan mengakar sebagai sentimen keserumpunan dunia Melayu. Kesamaan perasaan sebagai warga puak Malaysia itulah mukjizat dunia Melayu yang tak mudah dihapuskan begitu saja oleh keputusan politik.Di sinilah pemahaman sejarah menjadi penting. Sejarah adalah tempat bercermin. Tempat kita belajar menemukan kearifan untuk melangkah ke masa depan. Maka, mereka yang memahami sejarah hubungan Indonesia-Malaysia, niscaya tidak akan menyimpan kerisauan berkepanjangan ketika datang pasir konflik yang seolah-olah mengganggu pandangan masyarakat kita yang tidak memahami sejarah hubungan Indonesia-Malaysia. Sesungguhnya, pasir konflik itu ibarat ombak dalam gelas.Buku ini dapat dijadikan bahan untuk memahami masa lalu hubungan Indonesia-Malaysia ketika kedua bangsa itu coba menjerumuskan jati dirinya dalam bidang kebudayaan dan perjuangan kebangsaan. Inilah buku yang secara komprehensif, mencoba menarik kesusastraan Indonesia-Malaysia dalam wilayah yang lebih luas: hubungan sosio-budaya Indonesia-Malaysia di tengah politik yang menciptakan konflik. Bagaimanapun, pengetahuan masa lalu tentang persamaan sosio-kultural kemelayuan-kenusantaraan itulah yang melahirkan-mengalirkan-menumbuhkan semangat persaudaraan yang tak pernah lekang. Itulah tali pengikat yang menjiwai kedua bangsa yang bersaudara.Para pengamat dan peneliti kesusastraan Indonesia-Malaysia, pemerhati masyarakat dan budaya Melayu, mereka yang sering heboh lantaran klaim-klaim Malaysia, atau mereka yang tertarik pada sejarah hubungan Indonesia-Malaysia, wajib membaca buku ini.
1 Oktober 1949 merupakan titik awal perubahan yang sangat mendasar bagi kehidupan negara dan bangsa Cina. Sejak itu masyarakat Cina secara resmi berada di bawah kendali sistem tatanan baru I yang dibentuk pemerintah Republik Rakyat Cina (selanjutnya disebut RRC) yang baru diproklamirkan. Masyarakat Cina yang telah ribuan tahun hidup dalam sistem sosial tradisional harus berubah dan menyesuaikan diri dengan tatanan baru berdasarkan sistem sosial yang berlandaskan ideologi komunis. Namun demikian, sebenarnya, proses perubahan sosial yang terjadi di dalam tatanan masyarakat Cina tidak hanya terjadi sejak tanggal tersebut.
Buku Sejarah Asia Tenggara yang baru dan komprehensif ini mencakup periode panjang, yaitu mulai dari zaman prasejarah sampai tahun 2000-an. Sejarawan Merle Ricklefs menggandeng empat sejarawan lainnya yang tidak menjadi rekan kerjanya di National University of Singapore. mereka adalah para pakar utama Asia Tenggara dalam lingkup sejarah politik, sosial, ekonomi, agama dan budaya.Dibuka dengan catatan mengenai kelompok etnis serta struktur sosial dan budaya periode awal Asia Tenggara, pembahasan berlanjut melintasi zaman mulai dari sejarah 'klasik' negara-negara Asia Tenggara, kedatangan agama Hindu, Buddha, Islam dan Kristen serta pengaruh para pelaku sejarah yang berlomba-lomba ke kawasan regional ini, yaitu aktor-aktor non-Pribumi. Lantas, dilanjutkan dengan sejarah kolonial dan munculnya kekuasaan modern yang baru berdiri dengan diwarnai berbagai transisi kekuasaan. Ulasan ini masih disusul dengan analisis mengenai dampak Perang Dunia ke seluruh penjuru Asia Tenggara. Buku ini pun menawarkan catatan lengkap seputar Asia Tenggara pada masa akhir kolonialisme dan pembangunan bangsa-bangsa pascakolonial. Sebelum akhirnya mengantar pembaca ke masa-masa modern Asia Tenggara untuk mengetahui lebih lanjut posisinya yang berusaha bangkit dari keterpurukan krisis ekonomi global dan memainkan peran di kancah dunia.Tim yang terdiri dari lima orang penulis ini menampilkan narasi terpercaya dan mudah dicerna, menggunakan hasil-hasil penelitian mutakhir dengan sumber-sumber lainnya yang kaya dan rinci. Kerja bersama yang memukau ini merupakan kontribusi penting terhadap kajian Asia Tenggara. Bacaan wajib bagi para cendekia, pelajar dan siapa saja yang penasaran dengan sisik melik kawasan ini.***Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah sampai Kontempore rmenghadirkan kajian Asia Tenggara dengan tingkat kedalaman dan keluasan jauh melampaui karya serupa yang pernah dikerjakan D.G.E. Hall sekitar 55 tahun lalu. Suatu kajian dengan wacana intelektual terkini, rangkaian masalah penelitian yang aktual dan instrumen-instrumen terbaru yang tidak hanya berfungsi sebagai informasi, tetapi juga motivasi bagi generasi yang akan datang ihwal sejarah Asia Tenggara yang kompleks dan kaya. Tidak diragukan lagi, naskah sejarah ini merupakan pencapaian historis tersendiri, Victor Lieberman, Profesor Sejarah, Universitas Michigan, USA
Soeroto lahir 22 September 1912 di Jepara. Sarjana Sejarah Universitas lndonesia (1962) ini, juga wartawan 3 zamans sejak Nationale Comentatore, Asia Raya hingga Sulindo. Jadi dosen di SSKAD bagian Senior Course (untuk kolonel) pada 1956-1958. Sejak 1952 telah menulis buku-buku sejarah SD, SMP, SMA. Bukunya 'lndonesia di tengah-tengah dunia dari abad ke abad', dipakai selama 10 tahun di seluruh lndonesia. Buku itu jadi rujukan penulisan sejarah. Beliau wafat 11 Desember 1996, dan dimakamkan disisi istri tercintanya ibu Siti Soemandari - penulis buku 'Kartini Sebuah Biografi'.