Komunikasi Organisasi Kontemporer

Dalam satu dasawarsa terakhir, karakter dan pola komunikasi dalam organisasi tampaknya sudah mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini karena globalisasi dan revolusi teknologi informasi telah menyediakan hardware (media atau perangkat komunikasi) dan software (nilai-nilai, metode, budaya) yang diadaptasi oleh para pelaku komunikasi organisasi sehingga antara anggota organisasi menjadi semakin bebas, demokratis, dan egaliter.Saat ini nyaris tidak ada organisasi bisnis yang dapat eksis tanpa pemanfaatan media digital. Bahkan, diprediksi kelak akan semakin masif dan integratif pada perangkat high-tech (teknologi tinggi). Semua bisnis, mau tidak mau, harus mengadaptasi teknologi canggih tersebut. Untuk itu, tidak ada pilihan lain, semua organisasi harus dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Masyarakat oituntut untuk lebih kreatif dan memiliki kompetensi baru yang sesuai dengan kebutuhan zaman.Melalui buku ini, penulis berupaya menyajikan berbagai pandangan, teori, fakta, dan data penelitian hingga contoh-contoh di dunia empiris yang dapat menggambarkan dinamika serta perubahan komunikasi organisasi, juga isu-isu yang sering dihadapi oleh organisasi, seperti perubahan organisasi, politik organisasi, dan kepemimpinan. Penulis meramu isi buku ini dengan menyeimbangkan sumber-sumber referensi yang ada, baik dari ranah akademis maupun dunia praktis.Buku ini akan menambah wawasan pembacanya, baik dari kalangan mahasiswa, akademisi, maupun para praktisi organisasi. Juga menjadi peringatan bagi para praktisi organisasi bahwa perubahan dunia yang saat ini sedang berlangsung sangat berpengaruh terhadap komunikasi organisasi. Kita tidak dapat menutup mata dengan perubahan tersebut.

Jakarta 1950-1970

Ini adalah buku sejarah yang langka sebab menghadirkan sejarah kehidupan sehari- hari orang kebanyakan di kota Jakarta. Penulisnya. Firman Lubis, menceritakan soal sepeda, becak, anak-anak, perumahan, sekolahan, kegiatan olahraga, dunia mahasiswa, rumah sakit, tempat wisata, hotel, sampai dengan masalah keragaman etnis dengan tradisi budayanya. Kemudian masih ditambah cerita kehidupan orang gedongan. orang kampung, perabotan rumah tangga, tempat jajan-makan, kriminalitas, kemacetan, pelacuran, kaum intelektual, kesenian, tempat hiburan, gaya berpakaian, gaya berpacaran, dan masih berderet lagi kisah bagaimana masyarakat kota Jakarta menghadapi modernitas sepanjang 1950 sampai 1970.Semua itu ditulis dengan kacamata pengalaman Firman, seorang dokter yang tumbuh dari anak kampung di pinggiran Menteng dengan kekayaan akar dan warna\biografinya. Ia mengalami fase kehidupan dari zaman Jepang, kemerdekaan. Demokrasi Terpimpin sampai otoriterianisme Orde Baru. Semua peralihan kekuasan itu jelas berdampak besar bagi kehidupan masyarakat. Namun, perhatian dan fokus utama cerita Firman bukanlah peristiwa politik dengan para tokohnya. Ada memang kisah pergulatan politik yang berkecamuk di Jakarta, tetapi bukan itu narasi yang utama. Ia lebih memilih menarasikan yang oleh para sejarawan disebut model penulisan sejarah sosial yang menyangkut sejarah masyarakat, sejarah orang kebanyakan, atau sejarah kehidupan sehari-hari. Suatu model kajian sejarah yang oleh para sejarawan sendiri diakui langka.Buku ini bukan saja kaya data sejarah sosial, tetapi juga ditulis dengan gaya populer dan dilengkapi dengan foto-foto sezaman yang akan menguatkan imajinasi historis setiap pembacanya.

Jakarta 1950-1970

Ini adalah buku sejarah yang langka sebab menghadirkan sejarah kehidupan sehari- hari orang kebanyakan di kota Jakarta. Penulisnya. Firman Lubis, menceritakan soal sepeda, becak, anak-anak, perumahan, sekolahan, kegiatan olahraga, dunia mahasiswa, rumah sakit, tempat wisata, hotel, sampai dengan masalah keragaman etnis dengan tradisi budayanya. Kemudian masih ditambah cerita kehidupan orang gedongan. orang kampung, perabotan rumah tangga, tempat jajan-makan, kriminalitas, kemacetan, pelacuran, kaum intelektual, kesenian, tempat hiburan, gaya berpakaian, gaya berpacaran, dan masih berderet lagi kisah bagaimana masyarakat kota Jakarta menghadapi modernitas sepanjang 1950 sampai 1970.Semua itu ditulis dengan kacamata pengalaman Firman, seorang dokter yang tumbuh dari anak kampung di pinggiran Menteng dengan kekayaan akar dan warna\biografinya. Ia mengalami fase kehidupan dari zaman Jepang, kemerdekaan. Demokrasi Terpimpin sampai otoriterianisme Orde Baru. Semua peralihan kekuasan itu jelas berdampak besar bagi kehidupan masyarakat. Namun, perhatian dan fokus utama cerita Firman bukanlah peristiwa politik dengan para tokohnya. Ada memang kisah pergulatan politik yang berkecamuk di Jakarta, tetapi bukan itu narasi yang utama. Ia lebih memilih menarasikan yang oleh para sejarawan disebut model penulisan sejarah sosial yang menyangkut sejarah masyarakat, sejarah orang kebanyakan, atau sejarah kehidupan sehari-hari. Suatu model kajian sejarah yang oleh para sejarawan sendiri diakui langka.Buku ini bukan saja kaya data sejarah sosial, tetapi juga ditulis dengan gaya populer dan dilengkapi dengan foto-foto sezaman yang akan menguatkan imajinasi historis setiap pembacanya.

Masa Depan Tuhan : Sanggahan Terhadap Fundamentalisme Dan Ateisme

"Tugas agama, sangat mirip dengan seni, yakni membantu kita hidup secara kreatif, damai, dan bahkan gembira dengan kenyataan-kenyataan yang tidak mudah dijelaskan dan masalah-masalah yang tidak bisa kita pecahkan."Setelah melacak perkembangan konsepsi manusia tentang Sang Pencipta dalam Sejarah Tuhan, kini Karen Armstrong menampilkan kajian tentang masa depannya. Dalam buku ini, Karen Armstrong menunjukkan pembelaan terhadap Tuhan dan agama menentang fundamentalisme dan ateisme.Di berbagai penjuru dunia, kita melihat agama-agama sedang mengalami kebangkitan. Dampaknya terasa di berbagai bidang: politik, sosial, dan ekonomi. Namun, pada saat yang sama, skeptisisme dan nihilisme terhadap Tuhan dan agama pun terasa meningkat sebagai respons terhadap perkembangan itu. Dalam buku ini, Karen Armstrong tampil lebih tegas mendukung agama dari serangan bertubi-tubi fundamentalisme maupun pemikir ateisme semacam Richard Dawkins, Christopher Hitchens, dan Sam Harris. Karen Armstrong memperlihatkan kesejajaran antara ateisme gaya-Dawkins dan fundamentalisme kontemporer.Dengan nada optimisme spiritual yang tenang, Karen Armstrong menyajikan gambaran menggairahkan tentang masa depan agama-agama.***"Argumentasi yang dibawanya sanggup meruntuhkan sejumlah pendapat kaum ateis yang dengan gagah menyatakan bahwa Tuhan telah mati."Idrus F. Shahab, Tempo"Karya-karya Karen Armstrong, mantan biarawati, senantiasa menarik ... memberikan perspektif agar kita melihat masalah-masalah tentang Tuhan dan agama secara lebih bijak."Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Tentang PenulisKaren Armstong adalah salah satu komentator terkemuka dunia tentang masalah-masalah agama. Dia pernah menjadi biarawati Katolik Roma selama tujuh tahun pada 1960-an, namun kemudian meninggalkan ordonya pada 1969 untuk belajar sastra Inggris di St. Anne's College, Oxford. Pada 1982, dia menjadi penulis purna-waktu dan penyiar televisi. Dia adalah penulis lebih dari 15 buku terlaris di dunia, antara lain Holy War (1988), biografi Muhammad (1991) dan Buddha (2001), Sejarah Tuhan (Mizan, 2001), The Great Transformation (Mizan, 2007), dua memoir, dan terakhir The Bible: A Biography (Mizan, segera terbit 2011). Seorang penulis yang sukses dan penyebar semangat  keberagamaan yang penuh cinta kasih, Armstrong pernah berceramah di hadapan Kongres dan Senat Amerika Serikat, telah ikut serta dalam World Economic Forum. Pada 2005 ditunjuk oleh Kofi Annan untuk ambil bagian dalam "The Alliance of Civilization" yang diselenggarakan oleh PBB. Pada 2008, dia dianugerahi Franklin J. Roosevelt Four Freedom Medal untuk karyanya tentang kebebasan beragama