Sutopo Purwo Nugroho Terjebak Nostalgia [Reguler]

Sutopo Purwo Nugroho atau biasa dipanggil Pak Topo adalah Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)Pak Topo bekerja di BNPB sejak Agustus 2010, Awalnya beliau dilantik sebagai direktur Pengurangan Risiko Bencana. Namun per November 2010 Beliau dipindahkan untuk mengisi jabatan BNPB yang kosong. Tentunya bukan tanpa alasan mengangkat Pak Topo, Beliau sudah cukup akrab di kalangan media dan telah menjelaskan fenomena-fenomena bencana.Penjelasanmu menenangkan, Top, kata Syamsul.Banyak yang lapor ke saya. Bahkan saudaraku muji kamu.Dilansir dari Republika.co.id, Pak Topo punya pengalaman berkesan di BNPB salah satunya adalah ketika masih baru pindah dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ke BNPB. Beliau tersadar bahwa ternyata Penanganan Bencana berbeda sekali dan lebih luas dan menangani manusia ternyata tidak mudah. Bahkan Beliau tidak menemukan pengalaman-pengalaman penanganan bencana di buku bacaan yang Beliau pelajari.Sutopo Purwo Nugroho menjadi wajah penanggulangan bencana di Indonesia, yang dengan gigih menyampaikan informasi terbaru tentang bencana juga menangkal hoaks.Jabatan adalah amanah.Semakin tinggi jabatan,semakin besar tanggung-jawabnya.Sutopo Purwo Nugoho tidak mau hanya jadi penikmat jabatan.Di dalam Buku Sutopo Purwo Nugroho terdapat puluhan foto berwarna tentang Pak Topo. Dari Foto masa Beliau kecil, wisuda dari Universitas Gajah Mada, menikah, wisuda program doctor hingga foto bertanda-tangan Pak Jokowi (Presiden ke-7 Republik Indonesia).Preorder Eksklusif Buku Biografi Sutopo Purwo Nugroho bertanda-tangan penulis telah usai.Saat ini yang tersedia adalah edisi Reguler. Lihat postingan ini di Instagram Pak Topo pernah mengirimkan pesan ini: Apakah ada penerbit yang berminat menulis kisah hidup saya? Sejak lahir dalam kondisi miskin lalu tumbuh besar hingga sekarang terus berjuang dengan sakit kanker. Mungkin kisah hidup saya dapat menginspirasi masyarakat, khususnya para penyintas kanker di Indonesia. Tapi saya tidak punya biaya untuk menulis dan memproduksi buku tersebut. Belum ada naskahnya sama sekali. Jika ada yang berminat tolong hubungi saya. Mungkin menarik kisah perjalanan hidup saya. Namun jika tidak ada, juga tidak apa-apa. Terima kasih. Sutopo Purwo Nugroho Ketika saya menghubungi pak Topo untuk mengonfirmasi pesan itu, dia langsung bersemangat. Mbak Nana, ternyata ada beberapa orang yang mau menuliskan dan menerbitkan, tapi saya mau pilih sama mbak Nana saja ya. Terharu rasanya. Saya kemudian mengajak sahabat saya @fentyeffendy21 penulis sekaligus host #bukabuku @narasitv dan penerbit @LenteraHatiBook untuk bertemu Pak Topo di @narasi tv. Dan mulailah proses penulisan itu. Saya sedang di Melbourne ketika mendengar kabar berpulangnya Pak Topo. Kaget. Dan langsung teringat berbagai momen dengan Pak Topo. Terutama ketika saya mengundangnya ke Mata Najwa beberapa waktu lalu bersama kedua orang tuanya. Mbak Nana, saya terima kasih sekali Bapak Ibu saya bisa tampil di Mata Najwa Boyolali. Tampil di panggung di depan 7.000 warga Boyolali dan akan dilihat jutaan penonton Trans7. Ini tidak pernah terbayangkan seumur hidup orang tua saya. Bisa mendidik, mengasuh dan membesarkan anaknya menjadi seperti sekarang adalah nikmat yang luar biasa. Rasanya sakit saya hilang dan sehat segar bugar. Saya tercekat membaca pesan itu. Dan kini bertambah haru ketika melihat Pak Topo bahkan masih mengunakan foto saat tampil di Mata Najwa di aplikasi pesan pribadinya. Semoga buku biografi Pak Topo bisa segera terbit dan inspirasinya bisa terus jadi pembelajaran bagi banyak orang seperti niatan Pak Topo sejak awal. #catatannajwa #sutopopurwonugroho Sebuah kiriman dibagikan oleh Najwa Shihab (@najwashihab) pada 8 Jul 2019 jam 6:47 PDT SINOPSIS:Pak Topo pernah mengirimkan pesan ini:Apakah ada penerbit yang berminat menulis kisah hidup saya? Sejak lahir dalam kondisi miskin lalu tumbuh besar hingga sekarang terus berjuang dengan sakit kanker. Mungkin kisah hidup saya dapat menginspirasi masyarakat, khususnya para penyintas kanker di Indonesia. Tapi saya tidak punya biaya untuk menulis dan memproduksi buku tersebut. Belum ada naskahnya sama sekali. Jika ada yang berminat tolong hubungi saya. Mungkin menarik kisah perjalanan hidup saya. Namun jika tidak ada, juga tidak apa-apa. Terima kasih. Sutopo Purwo Nugroho.Ketika saya menghubungi pak Topo untuk mengonfirmasi pesan itu, dia langsung bersemangat. Mbak Nana, ternyata ada beberapa orang yang mau menuliskan dan menerbitkan, tapi saya mau pilih sama mbak Nana saja ya.Terharu rasanya. Saya kemudian mengajak sahabat saya Fenty Effendy, penulis sekaligus host Buka Buku @narasitv dan penerbit @LenteraHati untuk bertemu Pak Topo di @narasi tv. Dan mulailah proses penulisan itu.Semoga kisah hidup Pak Topo bisa menginspirasi dan bisa terus jadi pembelajaran bagi banyak orang seperti niatan Pak Topo sejak awal.Najwa ShihabFounder Narasi TV,Duta Baca Indonesia 2016-2020TRIVIA:Pak Sutopo mengidolakan raisa dan uniknya Pak Topo tidak sungkan untuk memention Penyanyi Terjebak Nostalgia tersebut saat menyebarkan informasi Bencana. Saat ditanyai, kenapa sering mention raisa Pak Topo menjawabnya biar Followernya banyak dan Mereka tahu soal bencana. Dan pada akhirnya Pak Sutopo bertemu dengan RaisaREFERENSI:Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB: Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Bencana Masih Rendah (Republika.co.id, diakses oleh Team Bukukita 19 Agustus 2019)Ungkap Awal Mula & Alasan Mention Raisa, Sutopo Sebut Malah Enggan Bertemu Karena Takut Patah Hati (Bali.Tribunnews.com diakses oleh Team Bukukita 19 Agustus 2019)Sutopo Akhirnya Bertemu Raisa di kumparan | #raisameetsutopo (Youtube Kumparan diakses oleh Team Bukukita di 19 Agustus 2019)

Soekarnoku, Soekarnomu, Soekarno Kita

Perjuangan Soekarno dalam mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia memang tidaklah mudah. Beliau memulai perjuangannya sejak menimba ilmu di Surabaya bersama H.O.S. Cokroaminoto. Soekarno muda sangat rajin mengasah pidatonya. Setelah Soekarno mendirikan perkumpulan politik, beliau meneruskan perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui orasi. Meskipun pergerakannya ditentang oleh banyak pihak, Soekarno tetap tegar dan pantang menyerah untuk melepaskan kolonialisme di Tanah Nusantara. Bagaimanakah perjuangan Soekarno hingga Negara Indonesia bias merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945?Keunggulan dari buku ini adalah :1. Dalam buku ini penggambaran sosok Soekarno disajikan dengan ilustrasi komik dengan bahasa yang mudah dipahami oleh kawula muda. Sehingga, nilai sejarah Bung Karno sebagai presiden pertama Indonesia akan selalu bisa dikenang sepanjang masa.2. Selain menampilkan kisah hidup Bung Karno, buku ini juga dirancang dengan penyampaian kronologi peristiwa-peristiwa penting dengan runtut.3. Keheroikan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sangat ditonjolkan oleh penulis sebagai sebuah tonggak perjuangan yang memiliki nilai-nilai pembelajaran bagi para pembaca, khususnya pembaca muda.4. Penulis juga mengutarakan pikirannya mengenai perjuangan Bung Karno dengan diksi-diksi yang sangat menggugah semangat. Jadi, pembaca akan dimanjakan oleh cerita-cerita yang sangat menarik dalam buku ini.

Raja di Negara Republik: Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX dari Yogyakarta

Hamengku Buwono IX, mantan Sultan Daerah Istimewa Yogyakarta, dihormati masyarakat Indonesia sebagai salah satu pendiri besar Negara Indonesia modern. Ia meninggalkan warisan yang positif, namun ambigu, dalam beberapa hal terkait politik.Pencapaiannya yang paling mencolok adalah dirinya yang berhasil mempertahankan Kerajaan Yogyakarta secara turun-temurun, dan ia memelihara stabilitas dan keberlanjutan langka dalam sejarah modern Indonesia yang sangat rusak. Di bawah Orde Baru, Hamengku Buwono juga membantu mengantarkan perekonomian Indonesia menuju jalan pertumbuhan yang jauh lebih kuat. Meskipun diingat sebagai simbol kepatutan politik, ia menghilang dari kekuasaan dan pengaruh sebagai wakil presiden, di tahun 1970-an. Sifat-sifat represif dan anti-demokratis dari Orde Baru-nya Suharto tampak sangat berlawanan dengan apa yang awalnya diperjuangkan oleh Hamengku Buwono.Biografi ini berusaha menjelaskan sudut pandang, motivasi, dan pencapaian politik Hamengku Buwono IX, dan menetapkan kariernya dalam konteks masanya.Kutipan dari kata pengantar Profesor Virginia Hooker:Dr. Monfries menganalisis persona publik Sultan menggunakan berbagai perspektif yang secara bersamaan menyingkap kerumitan tindakan-tindakan dan keputusan keputusannya. Beberapa hal yang masuk dalam perspektif ini, antara lain: konsep kekuasaan (agamis dan politis); kepemimpinan (kerajaan dan politis); identitas (orang Jawa dan orang Indonesia); nasionalisme dan kerajaan Yogyakarta; serta demokrasi dalam tataran nasional dan lokal. Nampak jelas bahwa Sultan berkomitmen untuk mengabdi hingga ke tingkat yang langka dan mengesankan, namun memberi jarak antara dirinya dan kemajuan politik.Kontinuitas pelayanan publik [Hamengku Buwono] pada tingkat tertinggi telah memberikan Dr. Monfries kesempatan untuk menggunakan kehidupan Sultan sebagai sebuah jendela menuju masanya, dan sebaliknya untuk menempatkan Sultan dalam berbagai konteks yang sangat kritis bagi pembentukan Indonesia modern... Dr. Monfries membawakan ke dalam usaha ini, seperangkat keterampilan dan pengalaman yang tidak biasa, dan bahkan unik... sebuah anaiisis yang dirakit dengan cermat dari seorang pria dan zamannya.