Psychology of Fashion : Fenomena Perempuan (Melepas) Jilbab

IDE-IDE dan penjabaran di dalam buku ini tidak bermaksud menyandera pembacanya dalam konteks keilmuan saja, tetapi memberikan perspektif telaah yang humanistik, tanpa pretensi. Layak sebagai referensi pencerahan batin & pengayaan berpikir, supaya tidak tersesat dalam labirin kecurigaan, ketidaktahuan, & akusasi.? dr. Nova Riyanti Yusuf. Psikiater, Anggota Komisi IX DPR RI, Novelis, ScriptwriterBuku ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki penghayatan personal dalam menjalani pengalamannya, termasuk pengalaman beragama. Sebuah usaha yang layak diberi apresiasi.? Dr. Bagus Takwin, M.Hum. Manajer Riset Fakultas Psikologi UI, Penulis Buku & NovelPenulis menggambarkan melalui analisis kualitatifnya: Selama seseorang tidak melalui tahap-tahap kepercayaan eksistensial, diragukan bahwa ia mengenal hakikat dirinya sendiri... Spirits rebellious dalam kasus-kasus buku ini hendaknya dimengerti dalam konteks pertumbuhan, yang justru akan menjadi dangkal jika dibaca sebagai alas justifikasi simplistik bagi muslimah yang berjilbab untuk melepaskan jilbab.? Dr. Ahmad Zubaidi, M.Psi., Psikolog, Wakil Ketua Program Magister Psikologi UPI YAI Jakarta, Psikolog alumnus UGMDalam ilmu psikologi bisnis telah mengemuka kajian mengenai intercultural sensitivity yang memberi kita pengertian betapa kepekaan semacam itu sangat penting dikembangkan dalam rangka kondusivitas, sustainabilitas, dan produktivitas suatu institusi bisnis seperti perusahaan. Penulis buku ini telah mengambil bagian dalam konteks tersebut dengan membagikan pengalaman belajarnya dari muslimah yang melepas Jilbab? Djati Adi Wicaksono, M.Inf.Sys.(Griffith), Manajer Sistem Informasi PT. Indika Energy, Tbk.Kehadiran buku ini kami sambut dalam rangka pengembangan wacana psikologis yang ilmiah dan dialogis dalam masyarakat Indonesia yang plural dan multidimensional.Drs. Lukman S. Sriamin, M.Psi., Psikolog, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta 2005-2008

Mendahulukan Si Miskin

Sekurang-kurangnya ada dua prinsip yang di tawaran Abdul Wahid dkk dalam buku ini ihwal pembangunan di Indonesia. Pertama, menumbuhkan perekonomian. Langkah ini di upayakan untuk meciptakan pembangunan yang berkelanjutan serta membantu rakyat mengatasi kemiskinan (pro growt). Caranya adalah menciptakan lapangan pekerjaan serta memberikan peluang bagi lembaga-lembaga perekonomian swasta.Kedua, kebijakan pembangunan yang peka terhadap perbedaan-perbedaan sosial dan ekonomi. Prinsip ini ditujukan penulis untuk mengantisipasi bagi pasar yang tidak netral atau tidak adil bagi semua. Sebab, kekuatan pasar bisa saja dapat menciptakan marjinalisai dan ketidaksejahtraan yang lebih parah. Sehingga dari sinilah diperlukan kebijakan redibrusi dan tindakan afirmatif yang aktif dan explisit menangani ketidaksetaraan dari pasar bebas. Sehingga pendistribusian uangpun dapat disebarkan keseluruh lapisan masyarakat.Kebijakan pembangunan pro poor juga sesuai dengan sepuluh hak dasar dalam strategi nasional dalam pengentasan kemiskinan. Adalah meningkatkan pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih, sanitasi, tanah, sumberdaya alam, serta keamanan. Sebab, sejak era Orde Baru hingga pacsa krisis indonesia dalam alakokasi kesejahteraan di golongkan sebagai negera produktivis. Meneurut Ian gough mencata ada empat yang mencirika rezim semaca ini.Pertama, Kebijakan sosial tidak menjadi wilayah sosial yan peting dan otonom tetapi di abdikan pada pertumbuhan ekonomi. Kedua, infestasi sosial utama yang di lakukan dalam bindang kesehatan dan pendidikan bukan pada jaminan sosial atau perlindungan sosial. Ketiga, Negara lebih berperan dalam regulasi kesejahteraan sendiri. Keempat tujuan utama dari kebijakan sosial lebih di dorong pada National Building dan legitimasi negara ketimbang pada kohesi sosial dan penanggulangan kemiskinan. Sehingga kehadiran buku sangat penting agar pemerintah mampu membedakan anggaran yang bersifat konvensional dan anggaran yang memihak rakyat miskin.

Refi- AI Agent
Halo Kak! Ada yang bisa saya bantu?