Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng

Kehadiran pendidikan karakter sebagai kurikulum dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini diharapkan dapat membentuk generasi bangsa yang lebih baik. Adapun visi dari pendidikan karakter adalah pengolahan dan pembinaan karakter anak bangsa agar menjadi anak yang memiliki pribadi santun, cerdas, serta kreatif. Dan misi pendidikan karakter adalah mencetak generasi-generasi unggul yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga bertanggung jawab, pantang menyerah, memiliki jiwa kepemimpinan, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi misi pendidikan karakter.Untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan karakter tersebut, dibutuhkan alat dan metode yang tepat. Dalam buku ini, dongeng dijadikan sebagai alat untuk mendukung tercapainya visi dan misi pendidikan karakter. Mengapa dongeng? Dongeng dapat menjadi jembatan komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pengajaran kepada anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah. Dengan mendongeng, penyampaian pesan-pesan moral yang sesuai dengan misi pendidikan karakter dapat berlangsung dengan baik. Anak-anak tidak merasa digurui. Semua pesan mengalir dan menyerap ke dalam pikiran dan hati mereka. Tradisi mendongeng yang disampaikan nenek moyang kita secara turun-temurun bisa memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan kepribadian anak-anak setelah mereka dewasa. Bukan hanya itu, kebiasaaan mendongeng orang tua kepada anak-anaknya sejak dini ternyata memengaruhi kecerdasan dan pola pikir mereka sehingga berdampak pada kemajuan negara 25 tahun ke depan.Buku ini membahas secara tuntas bagaimana mendongeng dapat menjadi metode penyampaian dan pengajaran pesan-pesan moral serta budi pekerti yang sangat efektif. Tidak hanya itu, penulis juga menjelaskan bagaimana menerapkan dan membudayakan pendidikan karakter berbasis dongeng di lingkungan sekolah atau rumah, teknik menghafal super cepat dan tahan lama (tidak mudah lupa) dengan teknik mendongeng. Karena itu, buku ini akan sangat bermanfaat bagi para guru, calon guru, dan orang tua.

Untaian Mutiara Keluarga (2013)

Curhat suami-isteri, orangtua-anak yang melegakan & menghangatkan relasiSaya senang membaca buku yang berjudul Untaian Mutiara Keluarga, karena buku ini memuat sharing pengalaman  yang konkret, bukan teori-teori yang muluk-muluk mengenal hidup berkeluarga.Pengalaman hiruk pikuk hidup berkeluarga sebaiknya tidak hanya disimpan sebagai asam dan garam yang membuat orang berbangga atas masa lalunya saja, melainkan juga dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk kehidupannya pada masa kini dan masa datang.Rm. Dr. Aloysius Purwa Hadiwardoyo MSFDosen Fak, Teologi Kepausan Wedabhakti YogyakartaMembaca teori-teori hidup barangkali memberi pencerahan atas pengalaman hidup kita. Jika teori saja mampu mencerahkan, lebih lagi pengalaman sejati yang dibagikan. Isi buku ini memberi kita inspirasi bagaimana menjalani hidup bekeluarga dan menanganinya dengan bijaksana dan gembira. Sederhana, pengalaman sehari-hari, dan memperkaya...! Itulah sumbangan berharga dari buku kumpulan pengalaman sejati ini.Alexander Erwin MSFKomisi Kerasulan Keluarga KAJBuku tipis yang memuat sebagian kecil perjalanan hidup ini merupakan kontribusi sangat berharga. Alur ceritanya mengalir begitu saja dan sungguh enak dibaca.Tidak banyak orang yang berani memberikan kesaksian atau sharing pengalaman hidup mereka sendiri, terutama pengalaman yang dianggap negatif dan sering malah dianggap aib dalam rumah tangganya. Semoga cerita alur kehidupan berumah tangga ini lebih bisa membantu orang banyak. Buku kecil ini selain merupakan biografi juga merupakan bahan pendidikan bagi orangtua.Pasutri Elly-RusliAktivis ME Indonesia

Life Crisis How To Deal With Meaninglessness : Your Ultimate ( Edisi TTD )

(Quarter) Life Crisis. Satu keadaan yang kerap muncul dalam berbagai diskusi dan pembahasan. Wujudnya bisa beragam: Galau. Resah. Depresi. Meragukan diri sendiri. Merasa terperangkap dalam hidup. Tidak ada pergerakan, apalagi pertumbuhan. Keseharian berlalu secara rutin tanpa arti dan makna.Krisis adalah keadaan, bukan ketetapan. Semua manusia pasti pernah, masih, dan akan terus mengalaminya. Tidak terelakkan. Tidak terhindarkan. Mutlak perlu dihadapi. Karena inilah esensi kehidupan. Permasalahan bukan terletak pada krisis yang dihadapi, namun pada cara pandang akan krisis tersebut. Di dalamnya bukan saja terdapat ancaman, namun juga kesempatan. Dan bukan saja kekhawatiran, namun juga harapan. Buku kedua dari tujuh seri Your Job is Not Your Career ini mengulas momen-momen krisis dalam kehidupan. Apakah itu quarter life crisis, midlife crisis, atau segala bentuk krisis lain. Bagaimana mengenali dan mengakuinya? Bagaimana menata cara pandang dan berproses dalam krisis? Serta bagaimana menjadikan krisis sebagai alat untuk bertumbuh kembang (growth) menjadi diri yang lebih mawas, welas, dan ikhlas (self transformation).Lantas apa indikator berhasil melalui krisis? Jawabannya bukan pada status simbol yang secara klise kerap dipertontonkan. Bukan pada jabatan mentereng, kekayaan melimpah atau popularitas menjulang. Bukan itu semua. Krisis tidak berguna apabila dibaliknya justru muncul pribadi yang arogan atau penuh ketakutan. Jadi apa, dong? Keberhasilan melalui krisis adalah kesiapan melalui krisis selanjutnya. Dan meyakininya sebagai ajakan lembut dari Allah Sang Maha Pengatur agar diri senantiasa kembali pada jalan-Nya yang lurus hingga akhir terbaik di dunia ini. Bagaimana caranya? Baca buku ini. Ulas bersama orang-orang tepercaya. Carpe diem.

Seni Bergaya Hidup Minimalis: Atur Kembali Hidupmu, Buang Ya

Seni Bergaya Hidup Minimalis: Atur Kembali Hidupmu, Buang YaMungkin Anda merasa diri Anda shopaholicketagihan berbelanja barang-barang yang sebenarnya tak terlalu dibutuhkan? Atau Anda suka menumpuk beberapa barang yang sama dengan fungsi yang sama, tapi dengan merk berbeda-bedatidakkah itu memakan tempat? Atau Anda merasa rumah Anda kini kian sumpek dan tak nyaman karena memiliki terlalu banyak barang? Atau jangan-jangan Anda adalah salah satu dari mereka yang suka menjadikan gaya hidup orang lain sebagai tolok ukur kebahagiaan? Katakanlah, Anda mengagumi artis media sosial tertentu, dan apa-apa yang menjadi miliknya, Anda tertarik juga untuk memilikinya. Maka Anda menguras kocek dalam-dalam demi terlihat wah sebagaimana artis idola Anda. Menurut Anda itu normal? Lantas bagaimana dengan barang-barang lama Anda? Akankah Anda membuangnya, menyumbangkannya, atau hanya menumpuknya dalam lemari dengan harapan akan menggunakannya lagi suatu hari nanti? Yakinkah Anda suatu hari itu akan datang? Anda yang memiliki masalah dengan barang-barang dan nafsu belanja tak terkontrol, sepertinya buku ini tepat menjadi pegangan Anda. Sebab minimalisme tidak hanya memberikan manfaat dari hal yang terlihat saja, melainkan juga akan mengubah secara mendasar cara berpikir kita untuk merenungi arti bahagia. Berpisah dengan aneka barang, punya makna lebih besar dari sekadar merapikan tempat tinggal.