SinopsisSejarah Islam pada masa awal adalah sejarah pergumulan dan pertarungan politik yang kerap kali dimanifestasikan dalam perang bersenjata. Jalan perang dipilih ketika tawaran damai atau kerja sama dengan pihak lain menemui jalan buntu. Seperti umumnya perjuangan politik, perang bertujuan untuk meraih kekuasaan. Dengan menggenggam kekuasaan, sang tokoh berupaya mewujudkan dan menyebarkan ideologi, keyakinan, dan pemikirannya. Apa yang kita kenal sebagai dakwah Islam pada lima belas abad silam, yang ditolak oleh para penentangnya hingga berujung pada banyak peperangan, tidak lain adalah jalan politik Nabi Muhammad SAW dari Bani Hasyim untuk membangun dan mendirikan Daulah Rasul. Setiap peperangan yang beliau lakoni dan menangi bertujuan untuk memperkuat dan memperluas kekuasaannya di kalangan masyarakat Arab bahkan luar Jazirah Arab. Buku ini menyajikan pandangan kritis Sayyid al-Qimni, pemikir kontemporer Mesir, dalam membaca sejarah awal Islam dan sosok Nabi Muhammad dari perspektif politik. Merujuk pada sumber-sumber klasik yang otoritatif, al-Qimni melihat sosok Nabi Muhammad sebagai politikus lihai yang dalam setiap kesempatan mampu mendulang pengaruh dan simpati untuk memperkuat posisinya. Membaca buku ini, kita akan melihat sisi lain yang jauh berbeda dari seorang Muhammad SAW. ***Jika Anda ingin membaca buku objektif tentang sejarah Islam, Anda bisa mulai dari buku ini. Sebuah buku yang indah tentang biografi Muhammad dari perspektif sejarah murni, dan gambaran panorama yang komprehensif tentang komunitas Arab sebelum Islam, serta alasan kebangkitan negara Islam pada periode tersebut. Saya menemukan keberanian penulis dalam menarasikan sejumlah fakta sejarah yang jarang ditemukan di sebagian besar buku biografi (sirah) Nabi.
Agama merupakan elemen penting yang melahirkan peradaban sekaligus menjadi pilar utama penyangganya. Hampir tak ada peradaban besar di dunia lepas dari peran dan pengaruh agama. Agama menjadi sumber inspirasi, fondasi, nilai, maupun etos yang menjaga keberlangsungan peradaban. Namun, tak dipungkiri bahwa agama juga kerap menjadi sumber malapetaka yang menghancurkan peradaban. Di sini, agama kehilangan substansinya sebagai kekuatan moral, intelektual, sosial, dan etik karena terbawa arus dan terjebak dalam kepentingan praktis komunal dan sektarian.Melalui buku ini, Komaruddin Hidayat meletakkan fungsi dan peran agama di tempat yang selayaknya, sekaligus meresapkan nilai-nilai dan etos agama dalam wacana sosial, politik, dan pendidikan mutakhir. Agama dibumikan menjadi daya penggerak, pendorong dan elan vital kemajuan. Harapannya, agama dapat tetap menjadi suluh bagi peradaban.Dengan narasi yang mengalir, ulasan rileks tetapi mendalam dan berbobot, serta menyorot tema-tema aktual dan kontekstual, buku yang merupakan kumpulan esai-esai kritis nan bernas ini sangat menggugah hati dan mencerahkan pikiran.
Banyak ulama berpendapat bahwa saat ini kita sudah berada di akhir zaman. Zaman di mana banyak fitnah dan ujian akan menimpa siapa saja yang lengah dan lalai. Kita dapat menyaksikan umat tengah diterpa bermacam-macam cobaan, agama mereka diliputi berbagai kejelekan, kejahatan, kemunafikan, kehancuran dan perselisihan. Dengan senantiasa memperbanyak zikir, wirid, dan doa, yang notabene merupakan senjata pamungkas kita, semoga Allah melindungi kita dari semua mara bahaya dan fitnah akhirzamanNah, buku kecil Zikir dan Wirid Akhir Zaman ini hadir di tengah-tengah pembaca sekalian sebagai bekal dalam upaya membentengi diri dari dahsyatnya fitnah akhir zaman. Selamat membaca...!
Banyak orang yang masih saja bingung untuk memaknai kehidupannya sendiri. Ada sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa mereka kurang merasakan kehidupan mereka sendiri. Ada sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa mereka hanya menjadi ?boneka? atas kehidupan orang lain. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah pijakan atau tumpuan dari kebahagiaan dan kesuksesan orang lain. Namun parahnya lagi, ada yang sama sekali tidak bahagia dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka merasa bahwa selama ini diri mereka tidak ubahnya seperti mayat hidup yang jalan ke mana saja tanpa tujuan. Hidup mereka hambar, tak berwarna dan tak punya rasa.Hidup harus ada tujuan, tidak mungkin hidup itu sekedar hidup. Tidak mungkin orang mengatakan bahwa Nikmati saja hidup seperti air yang mengalir. Pernah melihat lomba layang-layang? Apa yang terjadi jika layang-layang hanya mengikuti hembusan angin? Layang-layang bisa bergerak ke sana dan kemari karena melawan arus angin, bukan karena mengikutinya.
Orang yang memiliki karakter lebah selalu melihat sisi positif dari segala sesuatu. Dia yakin bahwa setiap orang, sejahat dan seburuk apapun tetap memiliki sifat-sifat baik...Orang seperti ini selalu disenangi dan dirindukan oleh banyak orang. Dia selalu melihat kebaikan sesuatu dan selalu berada dalam kebaikan. Dia juga banyak mendapatkan simpati karena dia pandai menunjukkan sifat-sifat positifnya.Lain halnya dengan orang yang berkarakter lalat. Dia selalu mencari cela atau kekurangan di sana sini. Selalu memandang kejelekan sesuatu dan selalu berada dalam keburukan. Dia memandang dunia ini berlumur keburukan. Orang seperti ini layaknya lalat yang memang senang mengerubungi tempat luka dan bisul serta menjauhi tempat yang bersih dan sehat. Bila melihat orang tipe lalat ini, semua orang menghindarinya, enggan menegurnya, bahkan tidak senang bertemu. Buku yang Anda pegang ini, berisi banyak hikmah supaya Anda memiliki karakter lebah, bukan lalat.'Demi Allah yang menguasaijiwa Muhammad, sesungguhnya seorang mukmin itu bagaikan lebah; la memakan sesuatu yang baik dan menghasilkan sesuatu yang baikpula. lajatuh, namun tidak pecah dan tidakrusak?Hadis Nabi Muhammad SAW.