Dalam doa, manusia merasakan secara mendalam benti hubungannya dengan Allah. Doa adalah komunikasi yang paling intim antara manusia dan Allah. Itulah sebabnya Allah sendiri mengajarkan cara dan isi doa bahkan kadang meluruska isi doa yang salah. Doa juga tidak mesti dipahami dalam pengertii meminta, apalagi memaksa kepada Allah. Dalam Al-Quran,Allah mengisahkan dan memberitakan ucapan doa-doa para nabi dan rasul agar umat manusia belajar apa yang menjadi kegelisahan mereka, apa redaksi doa mereka, bagaimana adab mereka dalam berdoa, dan sikap mereka atas berbagai permohonan kepada - Allahsekaligus menunjukkan derajat mereka. Manusia modern, dengan sains dan teknologinya, memang sudah mencapai sekian kemajuan, kemudahan, juga kemakmuran. Namun, setiap manusia dalam perjalanan hidupnya, betapapunhebat dan kuasanya ia, tidak dapat melepaskan diri dari rasa cemas dan harap. Kecemasan yang tidak dapat dielakannya atau harapan yang tidak dapat dipenuhinya kendati memohon pertolongan kepada apa dan siapa pun selain kekuatan gaib (Tuhan) yang terpendam dalam sanubari setiap insan, kuat atau lemah.Buku ini bukan sekadar kumpulan doa atau adab berdoa, tapi berusaha menyajikan makna doa sebagaimana dilakukan para nabi, rasul, dan orang-orang mukmin.
SinopsisSelama seribu tahun pertama, para pemikir agama, pemimpin politik, ahli hukum, penulis, saintis, dan filsuf telah membentuk peradaban Islam. Siapa sajakah mereka? Seperti apa kehidupan mereka? Dan bagaimana cara mereka memengaruhi dunia?Dalam buku ini, sejarawan Chase F. Robinson menelusuri tradisi panjang dalam keilmuan Muslim untuk menuliskan biografi tokoh-tokoh Muslim terkemuka. Dimulai dari Nabi Muhammad pada abad ke-7 hingga era Timur Lang menaklukkan dunia dan masa kejayaan Imperium Utsmani di bawah Sultan Mehmed II pada abad ke-15. Dari jantung Islam di Mekkah, lalu menjangkau Afrika Utara dan Iberia di barat hingga ke Asia Tengah dan Timur, Robinson menelusuri kebangkitan dan kejatuhan negara-negara Islam tak hanya melalui sosok pemimpin politik dan militer yang bekerja mengamankan atau memperluas kekuasaan, tetapi juga mereka yang mengembangkan hukum Islam, ilmu pengetahuan, dan kesusastraan. Selain tokoh terkenal yang mewarnai lanskap inisemisal Ali bin Abu Thalib; pahlawan era Perang Salib, Shalahuddin; atau penyair Rumiada pula tokoh kurang terkenal seperti Ibnu Fadlan, yang perjalanannya di Eurasia membawa catatan menarik tentang Vasiga Volga kepada Khalifah Abbasiyah; Karimah al-Marwaziyya, cendekiawan wanita abad ke-11 ahli sunnah Nabi; juga Abu al-Qasim Ramisht, pedagang kaya raya abad ke-12. Dari sini, tampaklah potret menarik masyarakat Islam dalam suatu narasi yang kaya dan beragam.Inilah bacaan mencerahkan bagi siapa saja yang ingin belajar lebih banyak ihwal peradaban Islam awal. Dilengkapi banyak ilustrasi dan peta, buku ini secara gamblang menggambarkan kehidupan di semua lini dunia Islam pra-modern.
Ada gejala syariatisasi ke segala bidang (jasa atau benda) seraya melupakan maqshid asy-syarah (tujuan kehadiran syariat). Ada orang yang berusaha untuk menampakkan keseriusan beragama sehingga telur ayam pun diberi label halal seakan-akan binatang pun harus bersyariat. Ada yang mengeritik perusahaan alas kaki, tas, kulkas, dan semacamnya karena meminta label halal untuk produknya.Rincian syariat bisa berbeda antara satu masa dan atau tempat dengan masa dan tempat yang lain. Perhatian yang berlebih terhadap rincian ajaran agama, khususnya dalam bidang hukum, menjadikan rincian itu bagaikan sesuatu yang pasti kebenarannya sambil melupakan maqshid asy-syarah (tujuan kehadiran syariat). Tak ada syariat tanpa maqshid asy-syarah sebagai pedoman utamanya.Buku karya Prof. Dr. Quraish Shihab ini menjernihkan pemahaman perihal syariah dalam terang Al-Quran, sunnah, juga pandangan sekian ulama. Buku ini juga menjelaskan syariat dalam konteks ekonomi mutakhir.