Aku memang bukan satu-satunya yang bersedih di belantara pesantren ini. Ada mereka, yang selalu setia merakit sejarah di antara bau bawang dan pengapnya asap dapur. Bersama mereka aku berperang melawan rasa tidak kerasan yang semakin menantang. Benarkah, demi mendapat berkah ilmu itu, aku harus menyerahkan masa mudaku untuk mengabdi kepada keluarga Pak Kiai dan Bu Nyai? Tak bolehkah aku memilih untuk pergi?Air mataku menetes untuk kesekian kali. Tak bolehkah jika aku merasa sakit hati ketika Bu Nyai, orang yang memberiku tempat untuk menuntut ilmu, yang menjamin perutku, memarahi dan menghinaku? Ketika cinta itu datang tanpa mampu kutendang, benarkah bagiku ia terlarang? Tidak adakah kebaikan yang tersisa bagi seorang khaddam sepertiku?Lalu, dengan apa harus kulawan keinginan untuk pergi ini, ketika satu per satu mereka mulai meninggalkanku di depan tungku yang apinya tak pernah menghangatkanku? Tuhan, beri aku kekuatan menyusuri duri yang Engkau bentangkan?.
Referensikan kembali link ini dan dapatkan bonus poin
Dapatkan bonus sebesar 500 poin untuk pelanggan baru cukup dengan login google