[VIP] Official Marketplace Link mereferensikan:

Konstantinopel Abad Ke-17

Konstantinopel Abad Ke-17

SinopsisSesungguhnya akan ditaklukkan Kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu. ―HR. Imam Ahmad 4/235, Bukhori 139Sejak masa Byzantium hingga era Khilafah Utsmani, Konstantinopel (atau di Islam lebih dikenal dengan Istanbul) adalah kota terbesar dan termakmur di Eropa. Kota ini menjadi penting karena letaknya yang sangat strategis, yaitu menghubungkan antara dua benua (Eropa dan Asia), dikelilingi dua lautan (Laut Hitam dan Laut Mediterania), serta memiliki sebuah pelabuhan yang besar dan masyhur di Tanduk Emas. Seperti apakah kota yang namanya disebutkan oleh Nabi Muhammad ini.Melalui buku ini, Evliya Celebi―seorang traveler dan penulis―menggambarkan kota yang waktu itu menjadi pusat pemerintahan Khilafah Utsmani ini. Dengan menggali kebiasaan masyarakatnya, menelusuri jalan dan tempat di sepanjang kota, serta mengumpulkan mitos dan cerita yang berkembang di dalamnya, ia berupaya merekonstruksi kota yang berada di tepian Selat Bosporus ini dalam sebuah catatan perjalanan. Membaca buku ini, kita seakan diajak mengelilingi kota ini pada abad ke-17.***Tulisan-tulisan Celebi memberikan gambaran yang menarik dan memukau tentang dunia. ―ChoiceEvliya Celebi adalah perekam abad ke-17 yang paling rajin, gemar berpetualang, jujur, dan menghibur. Terjemahan baru ini menghidupkan kembali Evliya dengan gemerlap. ―Irish EchoBuku ini adalah deskripsi indah dari Turki Utsmani 500 tahun yang lalu melalui mata dan pena seorang sarjana yang hobi traveling. Petualangan indah dan deskripsi yang rinci. ―AmazonEvliya Celebi adalah seorang musafir yang paling luar biasa karena telah menulis secara rinci semua yang dia lihat dan perhatikan. ―GoodreadsPENULISEvliya, putra Darwis Muhammad, kepala serikat pandai emas di Konstantinopel, lahir pada masa pemerintahan Sultan Ahmed I, pada tanggal 10 Muharam 1020 H (1611 M). Dia mencatat sejarah pembangunan masjid Sultan Ahmed, yang dimulai ketika dia berusia enam tahun, dan pembuatan gerbangnya dilakukan di bawah pengawasan sang ayah, yang pada masa mudanya pernah menjadi pembawa panji perang Sultan Sulaiman. Kakeknya adalah pembawa panji perang pada saat penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih. Pada saat itu, rumah yang berada di dalam area Un-kapan (pasar tepung), di atas tanah yang berada persis di samping masjid Saghirjilar, adalah bagian dari jarahan yang diberikan kepadanya. Di lahan ini, dia mendirikan seratus toko dan seluruh pendapatannya disedekahkan untuk masjid. Oleh karena itu, pengelolaan masjid tetap berada di tangan keluarganya. Dia pernah menyebutkan lebih dari sekali saat salah seorang leluhurnya, Syekh Ahmed Yesov yang agung, yang dijuluki Turk of Turks, seorang penduduk Khorasan, mengirimkan muridnya, Haji Bektash yang termasyhur untuk menemui Sultan Orkhan. Ibu Evliya berasal dari suku Abaza dan, saat masih gadis, dikirim bersama saudara laki-lakinya untuk menemui Sultan Ahmed, yang mempekerjakan anak laki-laki itu sebagai seorang page, dan menyerahkan gadis itu kepada Darwis Muhammad, kepala serikat pandai emas. Saudara laki-lakinya tadi memiliki, atau menerima, nama yang sama dengan Sultan, dengan nama keluarga Melek (malaikat), dan disebutkan dalam sejarah sebagai Wazir Agung Melek Ahmed Pasha. Semasa pemerintahannya inilah, Evliya melakukan sebagian besar perjalanannya.

  • Referensikan kembali link ini dan dapatkan bonus poin

  • Dapatkan bonus sebesar 500 poin untuk pelanggan baru cukup dengan login google

"Bergabunglah sekarang dan temukan beragam hadiah menarik yang telah menanti Anda!"