PADA ERA REFORMASI, di Indonesia dan Mesir, mengemuka agenda Islamisme berupa tuntutan penguatan peran Syariat Islam ketika berlangsung amandemen konstitusi.Buku ini menggambarkan dengan baik dan detail, bagaimana Indonesia dan Mesir yang mayoritas beragama Islam, mengelola konflik ideologis antara Islamisme dan nasionalisme dalam rangka melewati fase transisi demokrasi. Penulis berhasil membongkar fase-fase kritis tarik-menarik antara kubu Islamis dan nasionalis dalam rangka memperjuangkan agenda politik dan ideologinya masing-masing. Dapat dikatakan bahwa Indonesia berhasil melewati fase transisi demokrasi karena sukses mengelola pertentangan ideologis, sedangkan Mesir gagal akibat konflik ideologis yang tidak terkelola dan disusul oleh kudeta militer.Buku yang recommended untuk memahami seluk- beluk dan dffiamika politik-ideologis pada fase transisi di Indonesia dan Mesir. Buku ini juga dapat diposisikan sebagai bagian dari gerakan bersama para pemikir muda NU dan elemen bangsa yang lain untuk merevitalisasi tradisi dan memanfaatkan modernitas untuk menjawab perubahan dan tantangan zaman. Adalah pengembaraan intelektual penulis yang menggairahkan ketika mendialogkan warisan intelektual Islam (turats Islami) dengan ide-ide nasionalisme, liberalisme, keadilan gender, pluralisme-multikulturalisme, hak asasi manusia, dan demokratisasi.Selamat membaca!
Referensikan kembali link ini dan dapatkan bonus poin
Dapatkan bonus sebesar 500 poin untuk pelanggan baru cukup dengan login google