Samudra Keteladanan Muhammad

Perbedaan Muhammad SAW dengan umatnya hanyalah sedikit. Beiiau sedikit-sedikit beribadah, umatnya sedikit beribadah. Beiiau sedikit-sedikit membaca al-Quran, umatnya sedikit membaca al-Quran. Beiiau sedikit-sedikit menangis, umatnya sedikit menangis. Beiiau sedikit-sedikit bertanya tentang umatnya, umatnya sedikit bertanya tentangnya. Beiiau sedikit kenyang, umatnya sedikit-sedikit kenyang. Begitu seterusnya.Itulah sedikit jurang perbedaan menganga antara yang dicintai dan para pecintanya. Untuk mempersempit jurang perbedaan itu, umatnya perlu menyelami keteladanannya yang bagaikan samudra tak bertepi. Andai umatnya kuasa menyusuri bibir pantainya saja, niscaya mereka menjadi pribadi luhur penuh kasih sayang.Buku ini memotret begitu banyak keteladanan sang Nabi dalam kesehariannya. Mengupas kebiasaan beiiau kala menjahit baju robek, ketika di pasar, saat di perjalanan, keakraban dengan anak-anak, memuliakan tamu, dan banyak lagi kebiasaan beiiau sehari-hari lainnya, buku ini diharapkan dapat mengingatkan kembali mutiara keteladanan sosok mulia itu sebagai teladan yang sesungguh-sungguhnya teladan.***Di antara banyak buku yang mengulas sosok Muhammad SAW, buku ini hadir dengan tuturan yang mudah dicerna disertai referensi yang memadai. Membacanya akan menebalkan cinta padanya dan akan menghadirkan kesadaran baru tentang kepribadiannya yang benar-benar purna.?Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., Imam Besar Masjid IstiqialAkhlak Rasulullah SAW adalah al-Quran. Itulah penggarnbaran singkat nan utuh oleh Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. tentang suaminya. Buku ini menampilkan sisi-sisi akhlak qurani yang menjadi mata air keteladanan sepanjang zaman. Buku ini perlu menjadi bahan telaah bagi kaum Muslim yang mencintainya dan berupaya mengamalkan sunnahnya.?Prof. Dr. KH. Said Agil Husin al-Munawwar, M.A., Menteri Agama Kabinet Gotong Royong, Guru Besar Fiqh dan Ushul Fiqh UIN Syarif HidayatullahBuku ini memotret secara multidimensional kemuliaan dan keagungan Nabi Muhammad SAW. Menjadi sumber referensi utama untuk diteladani bagi pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Mudah dibaca dan perlu.?Prof. Dr. KH. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Untirta Banten dan Ketua Tanfidziyah PWNU Banten

Ibumu. Ibumu. Ibumu. Ayahmu

Mari kembali menengok apa yang pernah orangtua lakukan hingga kita berada dalam posisi sekarang ini. Apa pun sanggup dilakukan orangtua demi kebahagiaan kita, anak-anaknya. Dan semua yang dilakukan orangtua tak mungkin kita balas semua.Mencintai orangtua tak membutuhkan syarat. Karena ketulusan mereka menjadi bukti, bahwa kasih orangtua sepanjang jalan. Cinta orangtua selalu utuh dari masa ke masa. Bahkan begitu banyak firman Allah swt meminta kita untuk berbakti kepada orangtua.Mari kita renungi kembali, apa yang telah kita berikan pada orangtua?Masihkah kita menyangkal bahwa segala bakti harus kita berikan pada dua orang yang telah memberi kita kesempatan untuk menikmati kenikmatan dunia ini?Membaca setiap cuplikan kisah di buku ini serasa membawa kembali ke zaman kanak-kanak. Mengingat payahnya kedua orangtua membesarkan dan mendidik, sementara kita sebagai anak seringkali tidak empati dan peduli. Setelah menjadi orangtua barulah kita bisa merasakan sendiri beratnya perjuangan orangtua kita dulu.  Sayangnya saat itu terjadi terkadang orangtua telah pergi mendahului untuk selamanya. Belum sempat berterimakasih dan memohon maaf, mereka telah tiada. Maka jangan sampai itu terjadi pada kita. Bacalah buku ini, resapi kisahnya, lalu sadarilah betapa berharganya kedua orangtua kita.(Deassy M Destiani, penulis buku-buku inspiratif best seller)Ditulis dengan bahasa yang santun, namun menghadirkan kekuatan dahsyat untukbirrul walidain lebih baik lagi, lagi, dan lagi. Must readl(Ririn Astutiningrum, penulis buku-buku Islami best seller)Sehebat apa pun diri kita saat ini, setinggi apa pun jabatan kita, sebanyak apa pun prestasi kita, seberapa pun banyaknya uang kita, semuanya itu belumlah cukup untuk membayar kepayahan orangtua. Lantas apa yang bisa kita baktikan kepada mereka? Temukan jawabannya dalam buku ini, sebelum semuanya terlambat.(Dwi Suwiknyo, penulis buku Ubah Lelah Jadi Lillah)

Aksi Bela Islam 212

Aksi Bela Islam 212, sebuah gerakan keagamaan dan aksi masyarakat sipil yang sejati. Diikuti oleh massa yang besar, bahkan terbesar dalam sejarah Indonesia. Sejarah demo bayaran selalu tak mampu menghimpun massa seraksasa ini. Bahkan, aksi 1998 pun yang menghimpun isu yang bisa mendorong partisipasi massa yang luas, tak mampu mengerahkan massa sebesar Aksi Bela Islam 212. Jutaan orang dari segala usia, profest, serta lapisan masyarakat dari seluruh penjuru Indonesia hadir dan berkumpul dengan superdamai, superaman, superbersih, dan supertertib. Dengan kesadaran diri, mereka berkumpul untuk berdoa, wirid, tahlilan, mendengarkan tausiah, dan Shalat Jumat bersama. Menakjubkan! Semangat gerakan ini adalah harapan adanya keadilan bagi umat muslim bahwa penista agama mesti diproses secara hukum.Buku ini terdiri atas lima bagian. Bagian pertama, kedua, dan ketiga berisi penilaian serta pendapat para tokoh dari berbagai golongan dan latar belakang agama, pendidikan, profesi, daerah, serta suku yang merepresentasikan keindonesiaan dan kebangsaan yang hadir dalam Aksi Bela Islam 212. Benang merah dari berbagai penilaian dan pendapat tersebut menunjukkan bahwa Aksi Bela Islam 212 merupakan kekuatan bangsa. Bagian keempat berisi kisah-kisah inspiratif yang menggugah dari para peserta atau saksi mata yang berasal dari kalangan awam yang hadir dalam Aksi Bela Islam 212.Bagian kelima berisi riset kualitatif tentang jejak perang siber di media sosial hingga aksi massa dan prospek Islam kosmopolitan Indonesia. Penelitian tersebut menawarkan gagasan Islam Kosmopolitan. Suatu formula baru tentang tatanan masyarakat Islam yang memiliki solidaritas, toleran, beragam identitas, cinta tanah air, dibangun di atas prinsip kasih sayang, saling menjaga dan melindungi, rela berkorban, penuh kebersamaan, persaudaraan, taat aturan, memuat ekspresi pergerakan, keberagaman, dan kesetaraan. Suatu umat yang melebur menjadi ummatan wasathan (umat pilihan) dan ummatan wahidatan {umat yang satu).Ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, kisah-kisah dalam buku ini dapat membawa pembaca melihat, mengalami dan merasakan suasana kebatinan dari setiap penulis dan Aksi Bela Islam 212.

Bertasawuf di Zaman Edan : Hidup Bersih. Sederhana. Mengabdi

Tasawuf bagaikan salon kecantikan jiwa dan juga rumah sakit, yang memberikan kiat-kiat pembinaan agar manusia bisa hidup BSM yaitu Bersih, Sederhana, dan Mengabdi.- Prof. K.H. Ali Yafie, UlamaSehari-hari Kanjeng Nabi Muhammad Saw. senantiasa berada di tengah dan bersama umatnya dalam suka dan duka. Dengan cara yang seperti itulah beliau bermakrifat, dan bukan dengan hidup menyendiri di tempat sunyi.- Buya K.H.Endang Bukhari Ukasyah,  Pimpinan Pondok Pesantren Asyrofuddin, SumedangBertasawuf di Zaman Edan ini wajib hukumnya. Laku hidup BSM (Bersih, Sederhana, Mengabdi) ala Prof.K.H. Ali Yafie bisa menjadi tuntunan. Buku ini perlu dibaca siapa pun yang gandrung kedamaian batin.- Parni Hadi, Wartawan dan inisiator/pendiri/ketua Dewan Pembina Dompet Dhufa Saya mengapresiasi kepiawaian penulis dalam mengemas, mengulas, dan menghadirkan potret sosial berupa fragmen-fragmen kehidupan masyarakat yang dijumpai sehari-hari di sekitar kita. Penulis buku ini mengajak pembaca agar mengambil makna, hikmah, pelajaran dan perbandingan dari pengalaman hidup sendiri dan orang lain. - Prof. Dr.H. Muhammadiyah Amin M. Ag, Sekretaris Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RIBuku ini mengajak kita untuk berefleksi dengan keadaan sekarang, yang sesungguhnya merisaukan, atau bahkan menakutkan, dan mencoba menunjukkan bahwa sebenarnya ada jalan yang bisa digunakan untuk menghadapinya, yakni tasawuf.- Helmy Ali Yafie, Sekjen Darud Dakwah wal Irsyad (DDI)