Hidup berumah tangga ibarat bahtera yang mengarungi lautan. Ia pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan masalah di perjalanan, dari mulai yang remeh-temeh, sedang, hingga yang berat, sulit dan rumit. Tantangan dan masalah itu bisa jadi berkaitan dengan pasangan, orangtua dan mertua, anak-anak, dan orang lain.Didasarkan pada sejumlah cerita dan pengalaman pasangan menikah dan akan menikah, buku ini memberi gambaran nyata persoalan-persoalan yang sering kali dihadapi. Misalnya, bagaimana menikah tanpa cinta, menikah saat kuliah, calon pasangan belum mapan, jodoh tak sesuai harapan, hubungan tak direstui orang tua, menikah di hari sial, bimbang antara menikah atau karier/pendidikan, menunda atau mempercepat kehamilan, tinggal bersama mertua atau mandiri, pendidikan anak, soal perceraian, poligami, dan lainnya.Ditulis dengan bahasa yang komunikatif, populer, dan tak membuat dahi berkerut, juga pengarang yang spesialis dalam hal pernikahan dan keluarga, buku ini sayang dilewatkan. Kita diajak untuk berpikir cerdas, bijak, dan tegas, dalam menyikapi pelbagai persoalan rumah tangga. Banyak kiat dan tips yang bisa diteladani dalam upaya untuk merajut hubungan rumah tangga agar harmonis, awet, bertanggung jawab, dan berhasil melewati setiap problem dengan baik.
Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, maka sudah selayaknya kita mengenal beliau.Tujuannya bukan saja sekedar mengetahui secara kronologis perjalanan hidup beliau sebelum lahir hingga wafatnya, tetapi juga harus mengambil pelajaran dan keteladanan dari beliau, karena inilah hakikat pentingnya memahami Keteladanan Nabi Muhammad SAW.Muhammad adalah pelopor dari segala pelopor, yang luar biasa... dalam hal kebaikan, kasih sayang, pembebasan dari belenggu kekafiran dan kemunafiqan; dan keberhasilan perjuangannya mengentaskan manusia dari kegelapan kepada cahaya sungguh merupakan rahmat, anugerah, dan kemuliaan yang tiada hal yang serupa dengannya. Kehadirannya, bahkan sebelum kemunculannya, telah memancarkan cahaya dan menyebar berkah, yang segenap makhluk di bumi ini mendambakannya.Sungguh, Muhammad sebenarnya bukan manusia biasa, meski kata-kata ini yang senantiasa ia ucapkan, la adalah pancaran cahaya Ilahi yang diciptakan untuk kebaikan manusia dan seluruh makhluk di bumi ini.Semoga Pembaca senantiasa mendapat limpahan rahmat dan pahala dari Allah Swt sehingga kita dapat memperluas wawasan dan mengambil manfaat yang sebanyak-banyaknya dari buku ini.
Khutbah memiliki kedudukan yang agung dalam syariat Islam sehingga sepantasnya seorang khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Seorang khatib harus memahami aqidah yang benar sehingga dia tidak tersesat dan menyesatkan orang lain.Seorang khatib seharusnya memahami fiqh sehingga mampu membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang benar dan lurus.Seorang khatib harus memperhatikan keadaan masyarakat, kemudian mengingatkan mereka dari penyimpangan dan mendorong kepada ketaatan. Seorang khatib sepantasnya juga seorang yang shalih, mengamalkan ilmunya, tidak melanggar larangan Allah Swt. sehingga akan memberikan pengaruh kebaikan kepada para pendengar.Selamat Membaca....
Dengan menguasai bahasa Arab, atau merasa paham terhadap arti sejumlah ayat-ayat Al-Quran, atau memahami tema-tema tertentu yang dibicarakan dalam Al-Quran, sebagian dari kita mungkin menganggap dirinya sudah layak menafsirkan Al-Quran. Allah memang telah bersumpah dalam Surah al-Qamar (54): 17 bahwa Dia mempermudah Al-Quran untuk menjadi pelajaran. Namun, itu bukan berarti setiap orang dengan mudah dapat memahami secara benar kandungan dan pesan-pesan Al-Quran. Dalam ayat yang lain (QS. Ali 'Imran [3]:7) Allah juga mengingatkan kepada siapa saja yang ingin memahami pesan-pesan Al-Quran agar berhati-hati dan mempersiapkan diri. Sebab, di samping yang muhkam, ada juga ayat-ayat yang mutasyabih. Dan Al-Quran tidak menunjukkan mana yang muhkam dan mana yang mutasyabih. Untuk itu, diperlukan alat bantu agar pesan-pesan-Nya bisa dipahami secara benar sesuai konteks dan maksud ayat.Pembicaraan tentang alat bantu yang digunakan dalam memahami ayat-ayat Al-Quran tersebut selama ini terangkum dalam lingkup ilmu tafsir yang mencakup pembahasan kaidah tafsir. Jika tafsir Al-Quran adalah penjelasan tentang maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia, kaidah tafsir dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah yang membantu seorang penafsir dalam menggali makna atau pesan-pesan Al-Quran dan menjelaskan kandungan ayat-ayat yang muskil.Dan buku ini tentang kaidah tafsir itu: berisi penjelasan tentang syarat, kaidah, dan aturan yang patut diketahui oleh siapa saja yang ingin memahami pesan-pesan Al-Quran secara benar dan akurat.Ditulis oleh seorang pakar tafsir terkemuka, karya ini dapat dikatakan sebagai buku pertama dalam bahasa Indonesia tentang kaidah tafsir.
Demikian Jauh kita hidup dari masa-masa awal kehadiran Islam, suatu masa yang berinteraksi dan meridapat bimbingan langsung dari Rasulullah saw. dalam penanaman nilai-nilai pondasi Islam.Kini, adalah saatnya kita merujuk dan mengacu kembali kepada nilai-nilai yang lebih hakiki sesuai bimbingan Nabi saw. Begitu banyak pelajaran dan bimbingan telah disampaikan oleh beliau saw. kepada para sahabat, hingga mampu mewujudkan masa-masa emas, masa-masa kejayaan Islam.Buku ini menghadirkan dan menyegarkan kembali pemahaman kita untuk menemukan nilai-nilai humanis dan universal Islam. Disamping itu isi buku ini merangsang kita untuk secara cerdas mengupas, menelaah, dan menerapkan makna yang terkandung, baik yang tersurat maupun yang tersirat di dalamnya. Temukan teladan-teladan dahsyat tersebut untuk kebaikan setiap kita.
Istighfar adalah memohon dibersihkannya kesalahan-kesalahan yang telah lalu, sehingga istighfar itu sendiri seperti taubat, bahkan ia merupakan hakikat taubat itu sendiri.Sementara tasbih adalah mensucikan Allah SWT dari segala keburukan dan segala perbuatan ataupun sifat yang tidak sesuai dengankeagungan, kemuliaan, kasih sayang, dan kekuasa-an-Nya. Karenanya setiap doa harus dimulai dengan kalimat tasbih (sanjung & puji) Kepada-Nya.Jadi, Istighfar maupun Tasbih adalah dua kalimat agung yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk selalu kita lafazkan dalam zikir yang kita panjatkan kepadaNya. Bahkan semua yang ada di alam ini senantiasa bertasbih kepada-Nya. Ada orang yang bertanya kepada Ibnu Al-Jauzi, Mengapa saya harus bertasbih dan beristighfar? Ibnu Al-Jauzi menjawab, Baju yang kotor sangat perlu sekali kepada sabun daripada kemenyan! Sesungguhnya istifghfar itu dapat mencuci dosa sebagaimana sabun dapat mencuci baju yang kotor. Kalau istighfar adalah pensuci jiwa dari segala dosa, maka tasbih adalah kunci pembuka bagi diterimanya segala doa.Baca dan amalkan isi buku ini, maka Anda akan menemukan keajaiban hidup, yang berawal hanya dari sekedar melafazkan dua kalimat yang singkat, Istighfar dan tasbih.