Life Crisis How To Deal With Meaninglessness : Your Ultimate ( Edisi TTD )

Ref by : Best shop

(Quarter) Life Crisis. Satu keadaan yang kerap muncul dalam berbagai diskusi dan pembahasan. Wujudnya bisa beragam: Galau. Resah. Depresi. Meragukan diri sendiri. Merasa terperangkap dalam hidup. Tidak ada pergerakan, apalagi pertumbuhan. Keseharian berlalu secara rutin tanpa arti dan makna.Krisis adalah keadaan, bukan ketetapan. Semua manusia pasti pernah, masih, dan akan terus mengalaminya. Tidak terelakkan. Tidak terhindarkan. Mutlak perlu dihadapi. Karena inilah esensi kehidupan. Permasalahan bukan terletak pada krisis yang dihadapi, namun pada cara pandang akan krisis tersebut. Di dalamnya bukan saja terdapat ancaman, namun juga kesempatan. Dan bukan saja kekhawatiran, namun juga harapan. Buku kedua dari tujuh seri Your Job is Not Your Career ini mengulas momen-momen krisis dalam kehidupan. Apakah itu quarter life crisis, midlife crisis, atau segala bentuk krisis lain. Bagaimana mengenali dan mengakuinya? Bagaimana menata cara pandang dan berproses dalam krisis? Serta bagaimana menjadikan krisis sebagai alat untuk bertumbuh kembang (growth) menjadi diri yang lebih mawas, welas, dan ikhlas (self transformation).Lantas apa indikator berhasil melalui krisis? Jawabannya bukan pada status simbol yang secara klise kerap dipertontonkan. Bukan pada jabatan mentereng, kekayaan melimpah atau popularitas menjulang. Bukan itu semua. Krisis tidak berguna apabila dibaliknya justru muncul pribadi yang arogan atau penuh ketakutan. Jadi apa, dong? Keberhasilan melalui krisis adalah kesiapan melalui krisis selanjutnya. Dan meyakininya sebagai ajakan lembut dari Allah Sang Maha Pengatur agar diri senantiasa kembali pada jalan-Nya yang lurus hingga akhir terbaik di dunia ini. Bagaimana caranya? Baca buku ini. Ulas bersama orang-orang tepercaya. Carpe diem.

Seni Bergaya Hidup Minimalis: Atur Kembali Hidupmu, Buang Ya

Ref by : Best shop

Seni Bergaya Hidup Minimalis: Atur Kembali Hidupmu, Buang YaMungkin Anda merasa diri Anda shopaholicketagihan berbelanja barang-barang yang sebenarnya tak terlalu dibutuhkan? Atau Anda suka menumpuk beberapa barang yang sama dengan fungsi yang sama, tapi dengan merk berbeda-bedatidakkah itu memakan tempat? Atau Anda merasa rumah Anda kini kian sumpek dan tak nyaman karena memiliki terlalu banyak barang? Atau jangan-jangan Anda adalah salah satu dari mereka yang suka menjadikan gaya hidup orang lain sebagai tolok ukur kebahagiaan? Katakanlah, Anda mengagumi artis media sosial tertentu, dan apa-apa yang menjadi miliknya, Anda tertarik juga untuk memilikinya. Maka Anda menguras kocek dalam-dalam demi terlihat wah sebagaimana artis idola Anda. Menurut Anda itu normal? Lantas bagaimana dengan barang-barang lama Anda? Akankah Anda membuangnya, menyumbangkannya, atau hanya menumpuknya dalam lemari dengan harapan akan menggunakannya lagi suatu hari nanti? Yakinkah Anda suatu hari itu akan datang? Anda yang memiliki masalah dengan barang-barang dan nafsu belanja tak terkontrol, sepertinya buku ini tepat menjadi pegangan Anda. Sebab minimalisme tidak hanya memberikan manfaat dari hal yang terlihat saja, melainkan juga akan mengubah secara mendasar cara berpikir kita untuk merenungi arti bahagia. Berpisah dengan aneka barang, punya makna lebih besar dari sekadar merapikan tempat tinggal.