Ghuffron lebih memilih menjadi seorang guru mengaji, walaupun ia seorang sarjana. Kepada murid-muridnya, ia tidak pernah menentukan besarnya infak bulanan. Kendati kadang-kadang lelaki yang dipanggil dengan ustadz itu mendapat amplop tatkala memimpin tahlilan atau kebetulan menjadi khotib dimesjid, tetapi menghasilkan Ghuffron setiap bulannya nyaris pas-pasan kalau tidak mau dikatakan tidak cukup. Walaupun tidak pernah punya tabungan, Ghuffron merasa hidupnya berkah. Sebetulnya kebutuhan setiap makhluk itu sudah dijamin oleh Yang Di Atas. Tidak terkecuali binatang melata sekalipun wa maa min daabatin fil ardhi illa alallahi rizquhaa dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya, demian kata Allah. Jadi kita tidak perlu khawatir tidak akan bisa memenuhi kebutuhan itu. Tak perlu terlalu ngoyo. Toh jatah kita sudah di tentukan-Nya. Dan yang namanya rezeki itu tidak pernah tertukar, ujar Ghuffron. Buku ini menceritakan kehidupan Ghuffron sebagai kepala rumah tangganya yan penuh dengan konflik. Banyak hikmah yang dapat kita ambil darinya. Insya allah.
Referensikan kembali link ini dan dapatkan bonus poin
Dapatkan bonus sebesar 500 poin untuk pelanggan baru cukup dengan login google